Kamis 20 Jul 2017 10:01 WIB

Bank Mandiri Bidik Nasabah Orang Kaya Indonesia di Singapura

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo (kedua kiri), didampingi Direktur Retail Banking Bank Mandiri Tardi (kiri), Direktur Wholesale Banking Bank Mandiri Royke Tumilaar (tengah), Direktur Risk Management & Compliance Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin (kedua kanan) dan Direktur Digital Banking & Technology Bank Mandiri Rico Usthavia Frans (kanan) saat memberikan pemaparan kinerja Bank  Mandiri Triwulan II/2017 di Jakarta, Rabu (19/7).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo (kedua kiri), didampingi Direktur Retail Banking Bank Mandiri Tardi (kiri), Direktur Wholesale Banking Bank Mandiri Royke Tumilaar (tengah), Direktur Risk Management & Compliance Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin (kedua kanan) dan Direktur Digital Banking & Technology Bank Mandiri Rico Usthavia Frans (kanan) saat memberikan pemaparan kinerja Bank Mandiri Triwulan II/2017 di Jakarta, Rabu (19/7).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Bank Mandiri Tbk (idx: BMRI) berencana membidik klien orang kaya Indonesia dengan membuka layanan private banking. Adanya kebijakan repatriasi amnesti pajak telah membuka peluang perseroan untuk mengelola dana para wajib pajak tersebut.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pajak, dari kebijakan amnesti pajak, pemerintah telah mendapatkan sebanyak Rp 741,6 triliun dan mayoritas aset yang disimpan di luar negeri berada di Singapura.

Direktur Utama Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan, dengan adanya kebijakan Automatic Exchange of Financial Account Information (AEOI) yang mewajibkan perbankan di dunia membuka informasi nasabah demi kepentingan perpajakan, semakin membuka peluang perseroan dalam bisnis private banking ini. Apalagi kebijakan ini juga sudah disetujui oleh otoritas Singapura.

"Dengan adanya AEOI, nanti level semua bank sama, semuanya bisa dilacak oleh Ditjen Pajak. Jadi persaingannya terbuka," ujar Kartika di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (19/7).

Menurut Kartika, Bank Mandiri membidik klien-klien Indonesia yang memiliki bisnis di Indonesia tetapi lebih memilih layanan private banking di Singapura. Karena meskipun klien Indonesia menggunakan layanan tersebut di Singapura, namun mereka lebih banyak membeli instrumen investasi Indonesia seperti Surat Utang Negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia.

Untuk melayani klien Indonesia di sana, Bank Mandiri telah menambah sebanyak 4-5 orang priority banking officer di kantor cabang Bank Mandiri di Singapura. Dengan demikian, perseroan tidak menambah biaya karena hanya menambah layanan.

"Jadi harapan kami mereka lebih memilih menempatkan uangnya kepada Bank Mandiri daripada harus ke bank Singapura, karena kan mereka beli instrumen kita," ujarnya.

Sementara itu pada kuartal II 2017, Bank Mandiri telah membukukan pertumbuhan kredit mencapai 11,6 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada akhir Juni 2017 menjadi Rp 682,0 triliun. Pertumbuhan kredit tersebut merupakan faktor utama yang mendorong pertumbuhan aset sebesar 9,9 persen yoy menjadi Rp1.067,4 triliun. Adapun laba bersih sebesar Rp 9,5 triliun atau tumbuh 33,7 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement