Selasa 20 Jun 2017 13:30 WIB

Pengusaha Kuba tak Takut Ancaman Trump

Bendera Kuba dan AS.
Foto: huffingtonpost.co.uk
Bendera Kuba dan AS.

REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Tindakan yang dilakukan oleh Presiden AS Donald Trump untuk mengubah kebijakan Amerika Serikat terhadap Kuba telah ditolak oleh sektor swasta di negara pulau tersebut, yang kini justru melakukan tindakan guna melindungi kepentingannya.

Sejak dibukanya hubungan oleh mantan presiden AS Barack Obama dan Presiden Kuba Raul Castro, sektor swasta baru Kuba telah berkembang, terutama di sektor pariwisata dan perdagangan.

"Usaha kami bergantung atas pelancong Amerika, tapi sejak kami mendengar tentang ancaman Trump, kami telah memulai perundingan dengan operator pariwisata Eropa," kata Melissa Ramirez, Direktor lembaga perjalanan kecil swasta, kepada Xinhua, Selasa (20/6).

Pada 2016, Kuba menerima lebih dari empat juta pelancong, tapi hanya 265 ribu adalah orang Amerika. Pulau tersebut menerima sedikit wisatawan Amerika dalam lima bulan pertama tahun itu.

"Sekalipun pasar berhenti mengirimi kami klien, kami akan bertahan hidup," kata Ramirez.

Menurut Ramirez, Kuba telah lama bergantung atas pelancong asing sebelum Washington dan Havana memulihkan hubungan resmi. "Walaupun Washington masih mencegah pariwisata resmi ke pulau itu, Pemerintah Obama mengizinkan warga negara Amerika mengunjungi Kuba berdasarkan 12 kategori perjalanan," ujarnya.

Sekarang Trump telah menutup pintu bagi beberapa kategori, termasuk kontak orang-ke-orang, kategori pertama yang menjadi landasarn wisatawan berkunjung ke pulau tersebut. Pidato Trump pekan lalu disiarkan langsung oleh televisi Kuba dan dengan tegas ditolak oleh mereka yang dikenal sebagai pekerja mandiri.

"Saya tidak memiliki rasa takut. Kami telah melalui lebih dari 50 tahun revolusi, dan kami telah bertahan hidup selama masa penghukuman sebelumnya oleh Pemerintah AS," kata Jorge Delgado, seorang pemilik galeri seni di Ibu Kota Kuba, Havana.

Delgado mengatakan orang Amerika telah menjadi pelanggan terbaiknya tapi ia memulai usahanya dua dasawarsa lalu, ketika kebanyakan pelancong berasal dari Eropa dan Amerika Latin.

Sebagian usaha kecil yang mengaku terkena dampak tindakan Trump adalah kaftetaria dan restoran cantik di Old Havana, yang telah menempati peringkat atas dan menikmati keuntungan dari booming wisatawan Amerika Serikat.

Salah satu restoran itu, Super Burger, dilahirkan dari visi Victor Figueroa (25), yang membagi waktunya antara menjadi dokter dan mengerahkan warga lokalnya dalam tradisi makanan cepat-saji Amerika.

"Kami dulu memiliki harapan sangat besar pada peningkatan jumlah pelanggan dari AS," kata Arlena Acosta (18), salah seorang pekerja di Super Burger.

"Setelah pernyataan Trump, kami dengan cepat meragamkan tawaran makanan kami dan memperluas menu, dengan tujuan menarik warga negara lain seperti Prancis atau Tionghoa, selain makanan tradisional Kuba --congri rice, kacang hitam dan daging babi."

Seorang pelanggan Amerika, Stacy, mengatakan kepada Xinhua bahwa "Kuba adalah negara yang canik untuk dikunjungi. Rakyatnya sangat terbuka dan bersahabat, dan negara itu sangat aman." Wanita tersebut menambahkan ia sangat tidak setuju dengan keputusan Trump.

Sektor swasta Kuba dihapuskan oleh mendiang presiden Fidel Castro pada Maret 1968, tapi sektor itu diaktifkan lagi oleh adiknya, Raul Castro, empat-puluh tahun kemudian.

Presiden Kuba saat ini memandang sektor swasta sebagai sumber penting pekerjaan, produk dan layanan, sementara juga menaikkan pajak penghasilan buat anggaran nasional.

(Uu.C003)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement