Senin 19 Jun 2017 12:05 WIB

Dirut PLN: Lampu Nyala 24 Jam, Gimana Nggak Mahal Listriknya

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nur Aini
Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN) Sofyan Basir (kiri)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN) Sofyan Basir (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PLN, Sofyan Basir mengatakan salah satu penyebab tagihan listrik masyarakat membengkak adalah penggunaan listrik yang tidak baik. Ia menilai sampai saat ini masih banyak para pengguna listrik yang tidak bisa memanfaatkan listrik secara cerdas.

Sofyan mencontohkan salah satu faktor yang membuat tarif listrik membengkak, dikarenakan masyarakat menggunakan listrik secara boros. Hal itu misalnya, penggunaan barang elektronik dengan konsumsi listrik yang besar. Selain itu, banyak masyarakat yang masih tidak membiasakan mematikan listrik saat tidak digunakan.

"Itu rice cooker, AC, lampu 24 jam nyala. Gimana nggak mau mahal listriknya. Terus kalau mahal, marah-marah," ujar Sofyan saat sedang menghadiri mudik bersama BUMN di TMII, Jakarta, Senin (19/6).

Sofyan menjelaskan seharusnya untuk ukuran masyarakat dengan konsumsi listrik 1.300 VA tagihan listrik tidak lebih dari Rp 400 ribu. Ia menjelaskan, karena konsumsi listrik yang tidak sehat dan boros maka tak heran jika tagihan listrik masyarakat menjadi melonjak dan melebihi batas yang diperkirakan oleh PLN.

"Saya lihat dan hitung ada yang sampai tagihannya Rp 650 ribu untuk yang 1.300 VA. Itu kan mahal sekali. Tapi gimana nggak mahal kalau konsumsinya aja nggak sehat begitu," ujar Sofyan.

Ia menegaskan cara menekan tagihan yakni harus menghemat menggunakan listrik. Sofyan mengimbau agar peralatan listrik yang tidak digunakan segera dimatikan. Hal yang sama juga berlaku pada colokan peralatan listrik yang harus dicabut bila tidak digunakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement