REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produsen sekaligus peritel PT Sepatu Bata Tbk (BATA) mencatatkan penjualan bersih pada 2016 sebesar Rp 999,8 miliar. Angka itu lebih rendah dari realisasi pada periode sama pada 2015 yang mencapai Rp 1,028 triliun (97 persen).
Akan tetapi, perusahaan justru mencatatkan laba yang lebih besar sepanjang 2016, yaitu sekitar Rp 42,231 miliar. Naik 330 persen dari laba tahun sebelumnya yang berada di kisaran Rp 12,779 miliar. Hal ini terjadi lantaran beberapa hal. Antara lain, strategi perusahaan yang melakukan repositioning market.
"Kami melakukan repositioning market. Awalnya jual produk dengan nilai rendah dengan volume tinggi. Kini, kami coba tingkatkan value-nya, namun volumenya rendah," kata Direktur Keuangan PT Sepatu Bata Tbk, Piyush Gupta dalam paparan publik di Jakarta, Kamis (15/6).
Sampai dengan kuartal I 2017, emiten berkode BATA ini hanya meraih pertumbuhan pendapatan sebesar satu persen dari Rp 198 miliar menjadi Rp 200 miliar secara year on year (yoy). Akan tetapi, laba bersih terkerek naik empat kali lipat menjadi Rp 2,3 miliar yoy.
Gupta menjelaskan, peningkatan laba juga terjadi lantaran langkah perusahaan yang menutup sekitar 40 toko pada tahun lalu. Langkah efisiensi itu dilakukan karena dianggap toko-toko tersebut kurang laku. Dari situ, perusahaan berhasil menurunkan beban biaya produksi dan penjualan pada kuartal I 2017 sebesar lima persen menjadi Rp 111 miliar yoy.
"Untuk strategi tahun ini, kami tidak akan berhenti membuka toko baru. Ini untuk mengantisipasi tren di masyarakat terhadap satu toko atau pusat perbelanjaan. Kami juga akan terus berinovasi produk baru," kata Budiharta Hanse, senior commerce manager PT Sepatu Bata Tbk.
BATA juga, kata Budiharta, mulai fokus untuk mengembangkan pasar e-commerce. Selain berencana untuk meluncurkan toko daring sendiri, BATA juga bekerja sama dengan berbagai marketplace yang sudah ada. Sampai dengan 2016, penjualan e-commerce menyumbang Rp 2,9 miliar dari total pendapatan perusahaan.
Untuk terus meningkatkan penjualan, BATA akan menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar dua juta dolar AS. Dana tersebut untuk kebutuhan pembukaan dan perbaikan gerai-gerai baru di seluruh Indonesia. Sepanjang kuartal I tahun ini, perusahaan membuka 22 gerai baru serta merenovasi tujuh gerai yang sudah ada dari total 320 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia.
"Untuk pertumbuhan, tergantung dari penjualan pada Lebaran dan back to school yang menyumbang sekitar 25 persen penjualan total sepanjang tahun," papar Gupta.