Kamis 15 Jun 2017 23:00 WIB

Warga Rusun Klender Nyaman Gunakan Gas Bumi untuk Memasak

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Dwi Murdaningsih
Warga rusun Klender mengikuti pelatihan memasak yang diadakan oleh PGN.
Foto: republika/retno wulandhari
Warga rusun Klender mengikuti pelatihan memasak yang diadakan oleh PGN.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menggunakan jaringan gas bumi dianggap cukup menguntungkan. Hal itulah yang dirasakan oleh Theresia (58), salah seorang warga Rumah Susun Klender, Jakarta Timur, yang menjadi pengguna gas bumi untuk kebutuhan memasaknya sehari-hari.

Menurut Theresia, banyak rekan-rekannya yang mulai tertarik untuk menggunakan gas bumi. "Gas bumi jauh lebih murah dibandingkan dengan elpiji," ujar Theresia, Kamis (15/6).

Theresia mengalkulasi, memasak dengan bahan bakar gas alam bisa menghemat biaya hingga 200 persen. Dalam satu bulan, Theresia hanya mengeluarkan biaya gas sebesar Rp 30 ribu hingga Rp 60 ribu saja. Sedangkan jika menggunakan gas elpiji ukuran 12 kilogram, Theresia setidaknya harus mengeluarkan biaya hingga Rp 300 ribu untuk dua kali pengisian.

Selain menghemat biaya, Theresia mengaku gas bumi ini sangag aman digunakan. Sejak pertama kali menggunakan gas bumi pada 1985 silam, Theresia mengaku tidak pernah menemukan masalah serius. Begitu pula dengan tetangga-tetangganya di Rusun Klender yang menggunakan gas bumi.

"Semua warga disini pakai jaringan gas bumi dan sampai sekarang tidak pernah ada kasus meledak," ujar Theresia.

Untuk itu, Theresia berharap, penggunaan gas bumi disosialisasikan sehingga lebih banyak lagi yang mendapatkan manfaatnya. Hal yang sama diakui Chef Andry Abboud. Menurut Andry, masak dengan gas bumi sangatlah hemat.

"Pakai gas tabung saya harus membesarkan api. Dengan membesarkan api gas akan cepat habis" ujar Andry.

Terkait dengan jaringan pipa gas bumi ini, Andry berharap jangkauan area bisa lebih diperluas supaya masyarakat lebih mudah mendapatkan gas. Andry sendiri mangaku sering mengalami kesulitan-kesulitan mencari bahan bakar ketika lagi demo memasak karena jaringan pipa gas bumi masih terbatas dan belum sampai ke rumahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement