REPUBLIKA.CO.ID, CIKAMPEK -- PT Pupuk Kujang Cikampek, siap bersaing dengan pabrik luar negeri yang memroduksi pupuk untuk para petani. Meskipun saat ini, harga bahan baku gas di tanah air masih mahal, tetapi produsen pupuk milik pemerintah ini siap memroduksi pupuk yang harganya tak kalah dengan produk luar. Salah satu caranya, dengan membangun pabrik NPK granular III.
Direktur Utama PT Pupuk Kujang Cikampek, Nugraha Budi Eka Irianto, mengatakan, strategi membangun pabrik baru ini untuk mendukung persaingan pupuk dalam negeri dengan asing. Mengingat, harga gas di luar negeri murah seiring dengan turunnya harga minyak dunia. Sedangkan, gas dalam negeri harganya lumayan masih mahal.
"Dengan adanya pabrik NPK granular III ini, harga produk kita bisa kompetitif dengan pupuk asing," ujar Nugraha, kepada Republika.co.id, Senin (12/6).
Menurutnya, pembangunan pabrik ini diharapkan bisa selesai akhir 2018 mendatang. Jadi, kedepan Kujang akan memroduksi pupuk NPK berbasis nitrat dan urea. Pupuk NPK granular ini, merupakan pupuk nonsubsidi.
Selain itu, lanjutnya, Pupuk Kujang juga akan melakukan efisiensi anggaran. Melalui rencana investasi pembangunan pabrik gasifikasi batubara. Nantinya, investasi ini akan dilakukan di pabrik amonia Kujang 1B, yang rencananya akan selesai pada 2020 mendatang.
Dengan adanya pabrik gasifikasi ini, maka akan menurunkan pemakaian gas alam sebesar 10,54 MMSCFD. Sebab, pemakaian gasnya sebagian diganti dengan batubara. Mengingat, harga batubara lebih murah dibanding dengan gas. "Jadi, kita akan lakukan perubahan pada tungku pembakaran di pabrik amonia 1B," ujarnya.
Manajer Humas PT Pupuk Kujang, Ade Cahya Kurniawan, mengatakan, sampai saat ini suplai pupuk untuk petani sangat lancar. Terutama, pupuk subsidi. Mengingat, Kujang terus memrioritaskan layanan terhadap petani.
"Kalau pupuk subdisi kita tak ada masalah. Sebab, langsung didistribusikan ke petani. Yang agak kalah bersaing itu pupuk nonsubsidi. Karena banyaknya pasokan pupuk asing yang masuk ke kita," ujarnya.