Selasa 06 Jun 2017 06:40 WIB

Impor Daging India Menekan Usaha Peternakan Rakyat

Ilustrasi Daging Impor
Foto: Foto : MgRol_92
Ilustrasi Daging Impor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia menilai kebijakan pemerintah membuka impor daging beku asal India menekan usaha peternakan rakyat di Tanah Air sehingga dalam jangka panjang dikhawatirkan mematikan sektor tersebut.

Ketua Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana mengatakan kebijakan impor daging beku asal India menimbulkan distorsi harga di dalam negeri, yakni telah menekan harga ternak lokal yang umumnya diproduksi peternak rakyat.

"Ada indikasi harga sapi lokal saat ini turun hingga 50 persen bahkan tingkat pemotongan sapi lokal di rumah potong hewan (RPH) menurun hampir 50 persen karena diisi daging sapi India," katanya di Jakarta, Senin (5/6).

Jika kondisi ini dibiarkan, lanjutnya, dalam jangka panjang usaha peternakan rakyat akan mati karena dinilai tidak lagi menguntungkan sehingga ditinggalkan para peternak. "Kalau tidak ada peternak maka Indonesia bisa menjadi net importir daging. Sedangkan untuk memulai membangkitkan usaha peternak dari nol lagi sangat berat," ujarnya.

Teguh menyatakan, saat jumlah pelaku usaha peternakan rakyat di Tanah Air mencapai 5,5 juta kepala keluarga dengan populasi sapi sebanyak 20,5 juta ekor. "Komitmen pemerintah pada peternakan rakyat dipertanyakan, jika (peternakan rakyat) sampai mati maka menimbulkan implikasi sosial, politik dan ekonomi di perdesaan. Filipina yang salah kebijakan di sektor peternakan sekarang menjadi net importir," tuturnya.

Sekjen PPSKI Rochadi Tawaf menambahkan, saat ini para peternak lokal sudah tidak lagi berorientasi pada bisnis ternak sapi potong harian melainkan sudah berpindah menjadi bisnis jual beli sapi hidup dalam rangka Idul Adha (Lebaran Haji).

Hal itu, kata dia, karena harga ternak saat Idul Adha lebih tinggi dibandingkan puasa maupun Idul Fitri misalnya sapi hidup saat Idul Adha mencapai sebesar Rp 60 ribu-Rp 65 ribu per kg sementara hari-hari biasa hanya Rp 47 ribu per kg hidup.

"Peternak lokal orientasi produksi harian dijagal setiap hari sekarang berubah jadi setahun sekali di Idul Adha," ujarnya.

Apalagi, menurut dia, kebijakan yang diambil pemerintah saat ini, salah satunya menggelontorkan daging impor beku, dinilai peternak terlalu mengintervensi bisnis sapi potong lokal. Hal tersebut menyusul penyebaran daging impor beku yang mulai menembus pasar di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

"Dengan intervensi daging impor, ya udah bubar (peternakan rakyat). Daging India juga sudah masuk ke Jateng dan Jatim. Peternakan rakyat seakan tidak boleh tumbuh," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement