Senin 29 May 2017 11:56 WIB

Yield SUN Mulai Naik

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada bulan ini diperkirakan imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) mulai mengalami kenaikan. Analis Riset Samuel Sekuritas, Rangga Cipta menjelaskan, meski yield global masih turun, penguatan SUN bisa intensif.

Beberapa yield SUN mulai naik, menandakan euforia kenaikan peringkat utang S&P yang mulai jenuh serta ekspektasi rilis inflasi tinggi Mei 2017 yang mulai terfaktorkan. "Secara umum permintaan likuiditas rupiah di bulan Ramadhan biasanya naik sehingga akan mendorong kenaikan suku bunga jangka pendek," ujar Rangga, Senin (29/5).

Akan tetapi dari global, kata Rangga, yield obligasi yang masih turun, terutama di negara maju, diperkirakan mampu mengembalikan sentimen penguatan ke SUN. Walaupun perlu diwaspadai ekspektasi kenaikan FFR target yang masih tinggi pada FOMC meeting pertengahan Juni 2017 mendatang.

Di sisi lain, lelang sukuk negara yang menargetkan Rp 5 triliun dijadwalkan pada Selasa (30/5) besok. Target tersebut lebih rendah dibandingkan target biasanya yang Rp 6 triliun.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan dan Pembiyaaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, seri Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara yang akan dilelang adalah seri SPN-S (Surat Perbendaharaan Negara Syariah) dan PBS (Project Based Sukuk) untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2017.

Kendati begitu, laju rupiah yang berpotensi melemah diperkirakan akan berimbas negatif pada pasar obligasi. "Masih variatifnya laju rupiah yang cenderung berpotensi melemah dapat berimbas negatif pada pergerakan pasar obligasi yang dapat bergerak melemah," ujar Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada.

Laju pasar obligasi dapat kembali melemah tipis seiring pelemahan Rupiah tersebut. Pelaku pasar tetap lebih berhati-hati dan cenderung selektif dalam mentransaksikan sejumlah seri obligasi.

"Tetap cermati berbagai sentimen yang dapat  merubah arah pasar obligasi," kata Reza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement