Selasa 23 May 2017 19:02 WIB

KPPU Ingatkan Satgas Pangan tidak Mengulang Kesalahan Tahun 2015

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nidia Zuraya
Kebutuhan pokok dijual di pasar, ilustrasi
Foto: Musiron/Republika
Kebutuhan pokok dijual di pasar, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengantisipasi adanya lonjakan harga pangan, terutama daging sapi. Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Syarkawi Rauf mengatakan, pihaknya yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) pangan tidak ingin kejadian 2015 berulang.

"2015 lalu harga sampai Rp 150 ribu," ujar dia melalui sambungan telepon kepada Republika, Selasa (23/5).

Ia mengatakan, saat itu ritel bahkan mogok menjual daging karena harga yang yang terlalu tinggi dan tidak lagi terjangkau konsumen. Penyebabnya, kata dia, karena pasokan ke Rumah Potong Hewan (RPH) dari penggemukan dikurangi.

"Kami cek lagi hal serupa tahun ini di beberapa RPH. Sampai saat ini yang ditemukan 105-107 ekor per malam," katanya. Angka tersebut merupakan gambaran usai melakukan sidak ke RPH di Bandung pekan lalu.

Diperkirakan, pasokan sapi potong ke RPH mengalami peningkatan hingga enam kali lipat lada H-2 Lebaran, menjadi lebih dari 600 ekor per hari. Sedangkan pada H-1 terjadi kenaikan 4 kali lipat, sekitar 420-430 ekor per hari.

"Feedloter akan pasok berapapun yang dibutuhkan konsumen," ujar dia.

Pada kesempatan tersebut ia juga menyampaikan beberapa komoditas pangan yang berada dalam harga stabil, yakni gula pasir seharga Rp 12.500 per kg, Rp 10.500 per kg untuk minyak goreng kemasan sederhana. Harga tersebut diakuinya telah sesuai dengan regulasi pemerintah.

Sementara itu, untuk komoditas bawang putih, pihaknya akan menyelidiki satu grup importir. Importir besar tersebut menguasai 50 persen dari total 408 ribu ton kebutuhan bawang putih nasional.

"Karena indikasi ya g mengarah adanya praktik kartel itu sudah ada," tegas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement