REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT SMART Tbk telah menghasilkan bibit kelapa sawit unggul yang memiliki kemampuan produktivitas lebih tinggi. Bibit tersebut, Eka 1 dan Eka 2 diyakini mampu menghasilkan lebih dari 10 ton minyak sawit mentah (CPO) per hektare.
"Naik sekitar 25 persen," ujar Direktur Utama PT SMART Daud Dharsono kepada wartawan di Hotel Pullman Jakarta, Senin (22/5). Angka tersebut naik dari kemampuan perusahaan saat ini yang berkisar antara 7,5 hingga 8 ton per hektare per tahun dalam kondisi cuaca dan areal tanam yang optimal. Sedangkan produktivitas rata-rata industri kelapa sawit Indonesia saat ini kurang dari 4 ton per hektare per tahun.
Selain membantu peningkatan produktivitas CPO dalam negeri, benih baru hasil kultur jaringan ini diakui Daud merupakan bukti nyata pihaknya dalam mendukung pengembangan industri kelapa sawit. "Bagaimana mencapai target minyak CPO nasional tanpa atau dengan seminimal mungkin pembukaan lahan baru," ujarnya.
Bibit Eka 1 Eka 2 ini seolah menjadi angin segar untuk meningkatkan produksi CPO tanah air. Bibit kultur jaringan tersebut yang merupakan suatu terobosan telah mendapat persetujuan dari Kementerian Pertanian. "PT SMART yang pertama mendapat rilis resmi dari Kementerian Pertanian sebagai tanaman yang merupakan tanaman klonal di Indonesia," katanya.
Bibit Eka 1 dan Eka 2 dihasilkan PT SMART melalui pusat penelitian perusahaan SMART Research Institute's (SMARTRI) dan Pusat Bioteknologi SMART. Selain dua bibit hasil kultur jaringan tersebut, perusahaan juga telah menerbitkan lima bibit kelapa sawit konvensional yang diproduksi PT Dami Mas yang juga sudah mendapat sertifikasi dari Kementerian Pertanian.
"Kita terus berupaya bagaimana kita bisa membuat benih sawit yang produksi minyaknya bisa lebih banyak dari benih yang biasa," kata dia.
Ke depannya, diharapkan pihaknya bisa menghasilkan bibit Eka 3, Eka 4 dan lainnya yang selain bisa memproduksi minyak lebih banyak tapi juga tahan terhadap hama dan kondisi ekstrem.