REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Memasuki musim tanam gadu, PJT II Jatiluhur mulai mengatur pola pembagian air. Pengaturan air ini sangat penting supaya tidak terjadi konflik di kalangan petani. Meski demikian, perusahaan BUMN ini menjamin sampai saat ini stok air di Waduk Jatiluhur masih cukup melimpah.
Direktur II PJT II Jatiluhur, Harry M Sungguh, mengatakan, hari ini tinggi muka air (TMA) Waduk Jatiluhur mencapai 106,50 meter di atas permukaan laut (dpl). Dengan posisi air seperti itu, masih cukup aman untuk memenuhi kebutuhan suplai air bagi petani selama musim gadu.
"Kita akan tetap mengatur air yang keluar," ujar Harry, kepada Republika.co.id, Ahad (21/5).
Menurut Harry, beban Waduk Jatiluhur selama musim gadu selalu meningkat. Sebab, waduk terbesar di Jabar ini, bertanggung jawab untuk tetap bisa mengairi irigasi di lima kabupaten/kota. Yaitu, di Kota/Kabupaten Bekasi, Karawang, Purwakarta, Subang dan sebagian Indramayu.
Karena itu, kata Harry, pihaknya berupaya untuk tetap menjaga kestabilan suplai air irigasi. Sebab, selain untuk kebutuhan areal persawahan, air Jatiluhur juga diperuntukan bagi air baku ke wilayah Jakarta.
Menurut Harry, dengan TMA di level 106 meter, berarti suplai air sampai akhir tahun bisa terjamin. Dengan begitu, pihaknya mengimbau supaya petani di hilir tidak panik. Sebab, stok air sampai saat ini masih melimpah.
Terkait dengan puncak penggunaan air, Harry memrediksi akan terjadi pada September mendatang. Itupun bila kemarau panjang terjadi. Jika sudah begitu, pihaknya akan mengatur air yang digelontorkan untuk irigasi.
"Kalau sudah puncak kemarau, kita akan gunakan pola gilir giring air. Supaya, semua golongan areal persawahan kebagian," ujarnya.