REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Investor pasar keuangan kini tengah harap-harap cemas menunggu data ekonomi Cina. Beberapa angka menunjukkan pelemahan dan di bawah proyeksi.
"Saya lebih khawatir risiko ekonomi yang berasal dari perlambatan Cina," kata Kepala Strategi Investasi Global di Charles Schwab, Jeff Kleintop, dilansir dari CNBC, Rabu (10/5).
Cina berpotensi menjadi bola panas berikutnya yang memukul pasar keuangan dunia. Menurut Kleintop, anjloknya ekonomi Cina akan melemahkan sejumlah mata uang, komoditas laris manis di pasar, dan berdampak negatif bagi pasar negara lain.
"Pemerintah Cina memperlambat pengeluaran infrastruktur dan bertumpu pada sektor swasta sebagai penyeimbang," kata Kleintop.
Presiden Cina, Xi Jinping diperkirakan akan mengonsolidasikan kekuasaannya akhir tahun ini di kongres partai November 2017. Kepala Strategi Investasi Global di Wells Fargo Insvestment Institute, Paul Christopher mengatakan politik Cina kini terbebani, risiko utama dunia saat ini masih deflasi, bukan inflasi.
"Perlambatan signifikan di Cina bisa memicu deflasi," katanya.
Christopher menambahkan Cina bagaimana pun tengah menunjukkan pelemahan dan aksi jual di pasar. Indeksh Shanghai di Cina melemah sejak pembukaan awal pekan ini. Cina juga menjadi kunci dalam penyelesaian ketegangan program nuklir Korea Utara.