REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Prodia Widyahusada Tbk (kode saham: PRDA), sepakat untuk membagikan dividen sebesar Rp 26,44 miliar atau Rp 28,20 per saham. Pembagian dividen ini setara dengan 30 persen dari laba bersih 2016 sebesar Rp 88.13 miliar.
Prodia merupakan salah satu emiten baru di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan Initial Public Offering (IPO) pada 7 Desember 2016. Direktur Utama Prodia Dewi Muliaty mengatakan, pembagian dividen ini menunjukkan bahwa kinerja perseroan sangat baik dengan likuiditas yang sehat.
"Kami bersyukur bisnis Prodia terus bertumbuh dengan didukung fundamental yang semakin solid. Pembagian dividen ini merupakan bukti komitmen Prodia untuk selalu memberikan nilai tambah yang optimal kepada pemegang saham,” kata Dewi dalam siaran pers yang diterima Republika, Selasa (9/5).
Sisa laba bersih setelah pembagian dividen akan digunakan sebagai laba ditahan untuk memperkuat keuangan Perseroan. Pada tahun 2016, secara bisnis Prodia mencatat penjualan bersih sebesar 13,4 persen menjadi Rp 1,36 triliun. Laba bersih Perseroan meningkat 49,3 persen menjadi Rp 88,13 miliar dibanding tahun 2015.
Sementara, EBITDA Prodia pada tahun 2016 juga tumbuh 19,3 persen daripada 2015 dengan EBITDA margin 15,4 persen. Kinerja positif Prodia ini sejalan dengan meluasnya jejaring layanan yang telah menyebar di 31 propinsi di 106 kota di Indonesia.
Hingga akhir 2016, Prodia telah memiliki jejaring layanan sebanyak 259 outlet Prodia, terdiri dari 129 laboratorium klinik (termasuk 4 diantaranya dengan tambahan izin dan layanan klinik Prodia Health Care/PHC), 1 PHC stand alone, 2 klinik khusus, 9 laboratorium Rumah Sakit, dan 118 Point of Care (POC) Service di klinik dokter.
Dewi menuturkan, IPO merupakan bagian dari strategi Prodia untuk mencapai visi perusahaan menjadi pusat layanan kesehatan terpercaya menuju Next Generation Medicine. Dengan rekam jejak dan kualitas SDM yang teruji, Perseroan optimis akan mampu melayani kebutuhan masyarakat Indonesia dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri.