Kamis 13 Apr 2017 15:59 WIB

Harga Gula dan Minyak Belum Stabil

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Budi Raharjo
Menteri Perdagangan Enggartiasto dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman melakukan pengecekan harga di pasar rawamangun, Jakarta, Kamis (13/4).
Foto: debbie sutrisno
Menteri Perdagangan Enggartiasto dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman melakukan pengecekan harga di pasar rawamangun, Jakarta, Kamis (13/4).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Harga gula eceran di pasar masih belum stabil. Harga eceran terendah yang ditentukan oleh pemerintah Rp 12.500 per kilogram (kg) belum tercapai. Pedagang eceran masih sulit menjual harga gula di angka tersebut karena harga jual dari distributor masih tinggi.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, untuk tiga bahan pokok, yakni gula, minyak dan daging sapi. Harga daging sapi beku saat ini telah sesuai berada di kisaran Rp 75.000-80.000 per kg, tinggal harga gula dan minyak gorang yang masih harus distabilkan.

Harga gula sesuai aturan harus berada di harga Rp 12.500 per kg. Harga ini menjadi acuan terendah yang nantinya dijual kepada masyarakat. Sedangkan harga minyak goreng dengan kemasan sederhana diharap berada di angka Rp 11.000 per liter

"Saat ini di pasaran harga gula sebenarnya sudah mulai turun menjadi Rp 12.500-13.000 per kg. Sebelumnya terdapat harga gula Rp 13.500 per kg," ujar Enggar usai melakukan sidak di Pasar Induk Beras Cipinang, Kamis (13/4).

Dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 63/M-DAG/ PER/9/2016 mengenai Harga Acuan di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen, harga penjualan di konsumen (HPK) Rp 13.000 per kg. Meski demikian, pemeirintah tengah berupaya menekan kembali harga gula eceran agar mampu berada di angka Rp12.500.

Untuk menstabilkan harga gula, Kemendag telah menyisir sejumlah toko ritel modern yang  ikut andil sebagai distributor agar menjua gula eceran per kilogram di angka Rp12.500. Harga ini tidak hanya berlaku sesaat, tapi juga akan dipantau terus hingga akhir tahun.

Dengan menurunkan semua harga gula baik di pasar ritel maupun pasar sederhana, Enggar berharap agar gula yang lebih murah dengan kualitas rendah juga ikut turun. " kalau ga turun ya ga akan aku. Lama ga dijual gula ini nanti jadi air," ujarnya.

Sementara untuk komoditas minyak goreng, Enggar menjelaskan bahwa di tingkat eceran seharusnya bisa dijual dengan harga Rp 10.500-11.000 per liter. Saat ini harga minyak goreng pun bervariasi tergantung produsen. Namun khusus kemasan sederhana seharusnya bisa tertahan Rp 11.000 per liter.

Menurutnya, Kemendag telah berbincang dengan produsen minyak goreng agar mengurangi mata rantai pask yang membuat harga minyak goreng masih melambung. Jika cara ini masih sulit mengatasi kestabilan harga minyak goreng, Kemendag akan langsung meminta tanki pendistribusian minyak goreng langsung turun ke pasar-pasar.

Di pasar ritel, Kemendag telah meminta agar minyak goreng kemasan sederhana dengan harga Rp 11.000 per liter berada di paling depan dalam rak penjualan barang sehingga lebih mudah dilihat oleh pembeli. "Cara ini diharap bisa menutup semua permainan yang ada" ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement