Selasa 11 Apr 2017 14:09 WIB

Kebut Proyek Kereta Cepat, Pemerintah Intensifkan Negosiasi dengan CDB

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Kereta api berkecepatan tinggi Cina
Foto: snapsengine.com
Kereta api berkecepatan tinggi Cina

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan dikebut dan ditargetkan akhir April ini sudah mulai kelanjutan pembangunan konstruksi. Untuk bisa segera mendapatkan dana pembiayaan proyek, pemerintah dan konsorsium proyek kereta cepat Jakarta-Bandung akan mengintensifkan komunikasi dan negosiasi dengan pihak China Development Bank (CDB).

Direktur Utama PT Wijaya Karya (Wika) Bintang Perbowo mengatakan, pihak CDB akan ada di Indonesia sampai tanggal 28 April ini. Pemerintah bersama KCIC dan Wika akan membahas terkait dana pinjaman tersebut dengan pihak CDB.

Bintang berharap waktu hingga akhir April ini bisa mencapai kesepakatan terkait mekanisme pinjaman dan pembiayaan proyek kereta cepat ini. Bintang mengatakan, pihaknya bersama pemerintah akan membahas hal ini secara intensif.

"Mudah-mudahan 28 April ini selesai. Kan orang CDB nya sekarang ada disini, jadi bahas itu sampai final. Rencananya akan di tanda tangani di akhir bulan atau sebelum ada program one belt one road. Tandatangannya akan dilakukan di Beijing," ujar Bintang di kantor Kemenko Maritim, Selasa (11/4).

Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, skema pembiayaan penyelesaian proyek kereta cepat Jakarta-Bandung akan diselesaikan pada pekan ini. Rini mengatakan, nantinya skema pembiayaan kereta cepat ini akan diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP).

Rini mengatakan saat ini pemerintah sedang dalam tahap pembahasan draft PP tersebut. Ia mengungkapkan, siang ini rumusan pembahasan pembiayaan kereta cepat ini akan dibahas dalam rapat terbatas (ratas) di Kantor Presiden.

"Iya lagi dalam proses, sudah presentasi. Insya Allah minggu ini lah. Bentuknya PP," ujar Rini saat ditemui dalam kesempatan sama.

Kementerian BUMN memastikan nilai proyek kereta cepat Jakarta-Bandung membengkak dari sebelumnya 5,5 miliar dolar AS menjadi 5,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp 78,6 triliun (kurs 13.329 per dolar AS).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement