Selasa 11 Apr 2017 12:50 WIB

Pertamina Jadikan Iran Target Utama Pengembangan Usaha Hulu

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Nur Aini
Logo Pertamina
Foto: Pertamina.com
Logo Pertamina

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Senior Vice President Upstream Business Development Denie S Tampubolon menyampaikan, Iran masih menjadi salah satu fokus utama PT Pertamina (Persero) untuk mengembangkan usaha hulunya di luar negeri. Dengan cadangan migasnya yang besar menjadikan Iran sebagai salah satu tujuan investasi perusahaan-perusahaan migas global.

Denie mengungkapkan saat ini Pertamina masih menanti keputusan dari National Iranian Oil Company (NIOC) untuk menindaklanjuti proposal pengembangan dua lapangan onshore Ab-Teymour dan Mansouri. Kedua ladang minyak raksasa di Iran itu adalah hasil nota kesepahaman NIOC dan Pertamina pada Agustus 2016, yang juga merupakan bagian dari kerja sama bilateral konkret antara Indonesia dan Iran.

“Untuk kedua aset migas di Iran, yaitu Ab-Teymour dan Mansouri, tentu saja sangat kami nantikan keputusan hasil evaluasi dari NIOC karena bagaimanapun aset-aset tersebut sangatlah prospektif bagi Pertamina dan juga Indonesia apabila dikaitkan dengan upaya kita menjaga ketahanan energi nasional kita,” kata Denie di Cirebon, Selasa (11/4).

Pertamina telah menyampaikan proposal pengembangan kedua lapangan kepada NIOC pada akhir Februari 2017. Sebelumnya, kurang lebih lima bulan Pertamina melakukan kajian teknis untuk kedua lapangan produksi migas yang diperkirakan memiliki cadangan lebih dari 3 miliar barel tersebut.

Iran merupakan salah satu negara dengan cadangan migas terbesar di dunia. Cadangan minyak Iran tercatat sebesar 158 miliar barel, sedangkan cadangan gasnya sebesar 1.201 TCF.

Sejak awal tahun lalu, dunia internasional telah mencabut sanksi atas Iran terkait dengan program nuklirnya sehingga membuka peluang mengalirnya investasi dari negara lain ke Iran, termasuk di sektor migas. Berbagai perusahaan migas dunia, termasuk Pertamina telah menunjukkan minat yang besar untuk dapat berpartisipasi pada industri migas di negara tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement