REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemerintah menilai, pemerintah Amerika Serikat (AS) tidak perlu khawatir dengan defisit perdagangan terhadap Indonesia. Alasannya, AS masih memilih banyak ruang untuk meningkatkan volume kerja sama di luar sektor perdagangan.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan, pihaknya telah bertemu dengan Duta Besar AS untuk Indonesia Joseph Donovan untuk membahas isu kerja sama dagang yang menghangat menyusul keluarnya perintah eksekutif Trump tentang investigasi terhadap negara-negara yang dianggap membuat neraca perdagangan AS defisit hingga 500 miliar dolar AS.
Retno menjelaskan, pada prinsipnya dikeluarkannya perintah eksekutif merupakan hak kedaulatan AS sebagai negara. Namun, ia mengatakan bahwa dalam hubungan bilateral ada asas saling menguntungkan yang dianut oleh negara yang terlibat. Terkait dengan hubungan perdagangan, kata Retno, baik AS dan Indonesia juga harus tunduk dalam aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
"Pada saat kita kalkulasi hubungan bilateral, termasuk hubungan ekonomi, harapannya tidak fokus di satu segmen. Ini kan yang dibahas adalah trade in goods, perdagangan. Mungkin di satu pihak, AS ada di posisi defisit. Tapi untuk kerja sama di bidang lain mungkin dia bisa diuntungkan. Karena hubungan bilateral itu take and give," kata Retno di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (6/4).
Sebelumnya, Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) harus melakukan introspeksi diri terhadap kegiatan perdagangannya, terutama untuk ekspor. Hal ini menyusul dengan pernyataan Presiden AS Donald Trump yang memerintahkan stafnya untuk mengumumkan negara-negara yang bertanggung jawab atas defisit perdagangan AS yang mencapai 50 miliar dolar AS.
Indonesia menjadi salah satu negara yang disebut dalam daftar negara-negara penyebab defisit perdagangan AS. "Kenapa kita kurang mengimpor barang dari Amerika, karena mereka mahal, dia tidak bisa mengatakan kalau Indonesia curang, jadi Amerika harus introspeksi dirinya kenapa barangnya mahal," ujar Jusuf Kalla.
Baca juga: Pengusaha tak Khawatirkan Tudingan Donald Trump