REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menganggap bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang membuat perdagangan AS mengalami defisit. Hal ini membuat Trump menugaskan Kementerian terkait untuk melakukan investigasi di Indonesia terkait dengan sistem perdagangan yang digunakan.
Direktur Perencanaan Makro dan Analisis Statistik Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, Trump sebenarnya tidak harus buru-buru menyebut bahwa Indonesia adalah negara yang harus dikhawatirkan dalam perdagangan ke Amerika Serikat. Sebab nilai perdagangan Indonesia ke Negeri Paman Sam ini masih kecil, sekitar 0,9 persen dari nilai perdagangan keseluruhan.
"AS sebenarnya mengalamai defisit perdagangan ke banyak negara," kata Widyasanti, Kamis (6/4).
Menurutnya, negara seperti Cina mampu mengisi perdagangan di AS mencapai 21 persen. Kemudian ada Kanada dengan 13 persen, Mesiko 12,9 persen, Jepang 5,8 persen, Jerman 5,5 persen, dan Korea 3,2 persen. Walaupun ketika diurutkan memang Indonesia mampu menempati urutan ke-15 dalam defisit perdagangan AS.
Nilai minus perdagangan tersebut ditaksir mencapai 13,5 miliar dolar AS. Kalah jauh dibandingkan Cina yang mampu membuat defisit perdagangan AS mencapai 386 miliar dolar AS.
Menurut Widyasanti, Pemerintah AS tidak akan mendapatkan banyak sisi positif jika memproteksi perdagangan dari Indonesia. Karena proteksi yang dilakukan pun nilainya tidak begitu besar terhadap neraca perdagangan AS.
"Sebaiknya jika memang Trump terlihat akan menerapkan proteksi untuk Indonesia, ada baiknya Pemerintah melakukan antisipasi dengan melakukan diplomasi dalam kerjasama bilateral," ujar Widyasanti.
Kementerian Dalam Negeri AS mengeluarkan daftar 16 ekonomi yang dirasa memiliki hubungan perdagangan tidak seimbang dengan Negeri Paman Sam. Dalam daftar tersebut, perdagangan AS defisit paling besar terhadap Cina sebesar 347 miliar dolar AS diikuti berturut-turut Jepang, Jerman, Meksiko, Irlandia, Vietnam, Italia, Korea Selatan, Malaysia, India, Thailand, Prancis, Swiss, dan Taiwan. Indonesia pun berada pada urutan 15 diikuti Kanada dengan surplus perdagangan sebesar 11 miliar dolar AS.