Ahad 26 Mar 2017 13:50 WIB

Pemerintah akan Lelang Surat Utang Negara Rp 15 Triliun

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah akan melelang surat utang negara (SUN) pada Senin (27/3) dengan menawarkan lima seri obligasi negara. Adapun jumlah indikatif SUN yang dilelang sebesar Rp 15 triliun dengan target maksimal Rp 22,5 triliun.

Dikutip dari laman Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Ahad (26/3), kelima seri obligasi itu adalah seri SPN 03170629 (penerbitan baru) dengan pembayaran imbal hasil secara diskonto dan jatuh tempo 29 Juni 2017, seri SPN12180301 (penerbitan kembali) dengan pembayaran imbal hasil diskonto dan jatuh tempo 1 Maret 2018.

Lalu, seri FR0059 (penerbitan kembali) dengan tingkat imbal hasil 7,00 persen dan jatuh tempo 15 Mei 2027; seri FR0074 (penerbitan kembali) dengan tingkat bunga 7,50 persen dan jatuh tempo 15 Agustus 2032; dan seri FR0072 (penerbitan kembali) dengan tingkat bunga 8,25 persen dan jatuh tempo 15 Mei 2036.

Penjualan SUN tersebut akan dilaksanakan dengan menggunakan sistem pelelangan yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Lelang bersifat terbuka (open auction) dan menggunakan metode harga beragam. Pemenang lelang yang mengajukan penawaran pembelian kompetitif (competitive bids) akan membayar sesuai dengan yield yang diajukan.

Pemenang lelang yang mengajukan penawaran pembelian non-kompetitif (non-competitive bids) akan membayar sesuai dengan yield rata-rata tertimbang (weighted average yield) dari penawaran pembelian kompetitif yang dinyatakan menang. Pemerintah memiliki hak untuk menjual kelima seri SUN tersebut lebih besar atau lebih kecil dari jumlah indikatif yang ditentukan. SUN yang akan dilelang mempunyai nominal per unit sebesar Rp 1 juta.

Analis Senior Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada menilai, mulai berkurangnya sentimen positif membuat pergerakan pasar obligasi mulai berkurang penguatannya. Masih adanya sentimen negatif terutama dari kembali menguatnya laju dolar AS dikhawatirkan akan berimbas pada pelemahan rupiah yang berujung pada pergerakan pasar obligasi yang dapat kembali melemah.

"Di pekan depan pergerakan pasar obligasi diperkirakan dapat berpotensi melemah, terutama jika nilai tukar rupiah minim sentimen positif untuk menguat," ujar Reza, di Jakarta, Ahad (26/3).

Ia memperkirakan rentang yield akan berada dalam kisaran ± 5-12 bps (6,00-8,25 persen). Sementara itu, pada obligasi korporasi masih bervariatif meski juga diharapkan dapat kembali menguat.

Sebelumnya pada pekan kemarin, Kamis (23/3), Kementerian Keuangan telah melaksanakan lelang pembelian kembali Obligasi Negara dengan cara penukaran (debt switch) menggunakan fasilitas Ministry of Finance Dealing System (MOFiDS). Peserta lelang menawarkan 7 seri Obligasi Negara dari 7 seri Obligasi Negara yang ditawarkan pemerintah.

Jumlah nominal penawaran yang disampaikan oleh peserta lelang sebesar Rp 1,97 triliun. Sedangkan jumlah atau nilai nominal yang dimenangkan oleh pemerintah adalah sebesar Rp 1,25 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement