Kamis 23 Mar 2017 04:30 WIB

Mendag Perintahkan Ubah Sistem Distribusi Komoditas Pangan

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Budi Raharjo
Pekerja menyusun karung beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Senin (2/1).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pekerja menyusun karung beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Senin (2/1).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengakui adanya sistem distribusi barang yang tidak efektif sehingga menyebabkan biaya menjadi mahal. Ia mencontohkan, kelebihan stok beras di Sumatra Selatan dikirim ke Pasar Induk Beras Cipinang di Jakarta.

Kemudian, dari Jakarta beras tersebut justru dikirim ke Sumatra Utara. Sistem distribusi seperti itu, sambung Mendag, selain memakan waktu juga memakan biaya yang besar, "Kalau seperti itu terus saya khawatir barang tidak tersedia karena distribusinya terlambat," ujarnya usai memimpin rapat persiapan pengamanan stok bahan pangan jelang bulan Ramadhan, di Kementerian Perdagangan, Rabu (22/3).

Tak hanya pada beras, menurut Enggar, sistem distribusi yang tidak efisien itu juga terjadi pada bawang merah. Sentra bawang merah di Brebes, Jawa Tengah mengirimkan pasokan ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta. Kemudian, dari Kramat Jati bawang merah tersebut dipasok ke Indramayu, Jawa Barat. "Ini kan tidak masuk akal. Buat apa dikirim ke Jakarta lagi? Dari Brebes ke Indramayu paling hanya berapa kilometer," ucapnya.

Seharusnya, kata Enggar, kelebihan komoditi pangan di suatu provinsi dikirim ke daerah terdekat yang kekurangan stok. Jika itu dilakukan, maka mata rantai distribusi dan potensi penyimpangan dapat diminimalisir.

Dalam waktu dekat Mendag berencana mengumpulkan para distributor untuk mencari solusi bersama atas persoalan tersebut. Ia sendiri mendorong diterapkannya sistem teknologi informasi di kalangan distributor yang dapat membuat alur distribusi barang menjadi lebih efektif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement