Rabu 22 Mar 2017 09:27 WIB

IHSG Terjun Bebas Setelah 10 Sektor Saham Memerah

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Nur Aini
Pria memotret dengan latar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Jumat (24/2).  IHSG akhir pekan ditutup menguat 13,15 poin (0,24 persen) ke level 5.385 setelah bergerak di antara 5.370-5.391.
Foto: M Agung Rajasa/Antara
Pria memotret dengan latar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Jumat (24/2). IHSG akhir pekan ditutup menguat 13,15 poin (0,24 persen) ke level 5.385 setelah bergerak di antara 5.370-5.391.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun bebas sebanyak 44 poin atau 0,76 persen ke level 5.500 pada pembukaan pukul 09.00 WIB. Sepuluh sektor saham berada di zona merah menjadi penyebab IHSG melemah.

Sepuluh sektor tersebut mengalami penurunan dengan nilai variatif, di antaranya pertambangan 0,76 persen, properti 0,64 persen, barang konsumsi 0,9 persen, keuangan 0,95 persen, perdagangan 0,57 persen, aneka industri 1,05 persen, , infrastruktur 0,61 persen, manufaktur 0,86 persen, industri dasar 0,30 persen, dam agrikultur 0,30 persen.

Analis NH Korindo Bima Setiaji, mengestimasi IHSG untuk bergerak cenderung melemah dengan support range 5433 -5500 dan resistance range 5568-5637. Dari global perspektif, pertumbuhan inflasi Inggris melonjak melebihi dari perkiraan ekonom pada Februari, menembus target Bank of England untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga tahun.

''Indeks harga konsumen (CPI) Inggris meningkat mencapai 2.3 persen dalam (yoy) di bulan Februari dan merupakan yang tercepat sejak September 2013 dan di atas prediksi rata-rata untuk 2.1 persen,'' kata Bima, saat dihubungi, Rabu (22/3).

Di sisi lain, kata dia, hari ini pasar akan memperhatikan data persediaan minyak mentah AS yang berpotensi menggerakkan harga minyak mentah karena tingginya persediaan minggu lalu sangat mungkin bersifat sementara. Rendahnya data persediaan minggu ini berpotensi membawa minyak mentah kembali naik dari harga saat ini.

Dari domestik, Bima menuturkan, Development Bank (ADB) menghitung, tingkat investasi infrastruktur di Indonesia masih rendah, yaitu sebesar 2,6 persen dari GDP. ''Ada kekurangan atau gap sebesar 51 miliar dolar Amerika atau 5,1 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement