Kamis 16 Mar 2017 02:59 WIB

India Konsisten Geser Jepang di 3 Besar Negara Tujuan Ekspor Indonesia

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Budi Raharjo
Pekerja melakukan bongkar muat minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (19/9).(Republika/Prayogi)
Foto: Prayogi/Republika
Pekerja melakukan bongkar muat minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (19/9).(Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pasar ekspor Indonesia mulai ada perubahan. Hal ini menyusul dinamika ekonomi di negara-negara tujuan utama ekspor Indonesia sebelumnya, yakni perlambatan ekonomi Cina, gejolak ekonomi-politik Amerika Serikat (AS), dan melambatnya daya beli masyarakat Jepang.

Data terbaru, India menggeser posisi Jepang di tiga besar negara tujuan ekspor Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, pada Februari 2017 pasar ekspor nonmigas Indonesia masih dipimpin oleh Cina dengan nilai ekspor 1,357 miliar dolar AS. Posisi kedua ditempati oleh AS dengan nilai ekspor sebesar 1,355 miliar dolar AS, dan di posisi ketiga adalaj India dengan total nilai ekspor 1,019 miliar dolar AS.

Raihan ini membuat perhitungan kumulatif kinerja ekspor selama Januari-Februari 2017 ditempati oleh Cina, AS, dan India. 'Pergantian pemain' antara Jepang dan India ini mulai terjadi di Januari 2017.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, kenaikan ekspor ke India sejak awal tahun didorong oleh ekspor CPO. Ia berharap, kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia bisa memperluas pasar ekspor agar tak terlalu bergantung pada negara-negara yang kini sedang mengalami gejolak ekonomi.

"Yang agak berubah adalah posisi ketiga. Di tahun Desember 2016 mundur, posisi ketiga biasanya Jepang. Tentunya kita berharap ke depan akan banyak lagi pasar-pasar baru untuk ekspor nonmigas kita," ujar Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Rabu (15/3).

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menambahkan, pasar India di Februari lalu memang sedikit mengalami penurunan volume ekspor. Namun, hal ini dikompensasi oleh permintaan dari Pakistan yang bertambah. BPS, lanjut Sasmito, memandang bahwa ada kecenderungan pergeseran pasar ke negara-negara pesisir Samudra Hindia.

Hal ini sejalan dengan pertemuan dengan negara-negara anggota IORA beberapa waktu lalu. "Masih di subkontinen, tetapi itu saya kira ada indikasi dari perdagangan di Indian Ocean. Dinamikanya sudah mulai kelihatan. Saya kira itu yang saat ini di bulan Februari," jelas Sasmito.

Meski begitu, Sasmito menilai bahwa pergeseran pasar dari Jepang ke India belum bisa dibilang permanen. Alasannya, kondisi di Jepang yang relatif stagnan sedangkan permintaan India yang tidak stabil. Artinya, bila ekonomi Jepang membaik dan permintaan kembali meningkat, maka dengan mudah Jepang akan kembali menduduki tiga besar negara tujuan ekspor Indonesia.

"Saya melihat saat ini, karena pergeseran masih tipis, saya kira belum permanen. Saya kira kelihatan dari Jepang yang agak stagnan. Kalau India masih dinamis lah tetapi ada yang menarik ekspor mobil. Ekspor kita ke Filipina dan Saudi Arabia itu yang utama mobil ternyata," jelas Sasmito.

BPS merilis, neraca perdagangan pada Februari 2017 mengalami surplus 1,32 miliar dolar AS dengan rinciannya, nilai ekspor sebesar 12,57 miliar dolar AS dan nilai impornya 11,26 miliar dolar AS. Sementara kalau dihitung secara kumulatif, periode Januari-Februari 2017, maka surplus perdagangan tercatat sebesar 2,75 miliar dolar AS. Nilai ekspor Januari-Februari 2017 sebesar 25,98 miliar dolar AS dan impornya 23,22 miliar dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement