Rabu 17 Jul 2024 10:41 WIB

ADB Naikkan Proyeksi Pertumbuhan pada 2024 di Asia dan Pasifik

Perkiraan pertumbuhan ekonomi Asia Pasifik dipertahankan 4,9 persen.

Seorang pria berjalan melewati monumen Gerbang India, Senin, 27 Mei 2024. ADB menaikkan prakiraan pertumbuhan ekonomi pada 2024 di kawasan Asia.
Foto: AP Photo/Manish Swarup
Seorang pria berjalan melewati monumen Gerbang India, Senin, 27 Mei 2024. ADB menaikkan prakiraan pertumbuhan ekonomi pada 2024 di kawasan Asia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asian Development Bank (ADB) menaikkan prakiraan pertumbuhan ekonomi pada 2024 di kawasan Asia yang sedang berkembang dan Pasifik menjadi 5 persen dari proyeksi sebelumnya 4,9 persen seiring peningkatan ekspor regional dan permintaan domestik yang masih kuat.

"Sebagian besar Asia dan Pasifik merasakan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dibandingkan dengan paruh kedua tahun lalu,” kata Kepala Ekonom ADB Albert Park di Jakarta, Rabu (17/7/2024).

Baca Juga

Selain itu, prakiraan pertumbuhan ekonomi untuk kawasan tersebut pada tahun depan dipertahankan sebesar 4,9 persen. Inflasi diperkirakan akan melambat ke 2,9 persen tahun ini di tengah meredanya tekanan harga pangan global dan berlanjutnya pengaruh suku bunga yang lebih tinggi, demikian menurut edisi terbaru Asian Development Outlook (ADO), yang dirilis hari ini.

Setelah pemulihan pascapandemi yang didorong terutama oleh permintaan domestik, ekspor kembali meningkat dan membantu menggerakkan pertumbuhan ekonomi kawasan tersebut.

Kuatnya permintaan global akan barang elektronik, terutama semikonduktor untuk aplikasi teknologi tinggi dan kecerdasan buatan, meningkatkan ekspor dari sejumlah perekonomian Asia.

"Fundamental kawasan ini masih kuat, tetapi para pembuat kebijakan tetap perlu memperhatikan sejumlah risiko yang dapat berdampak terhadap proyeksi ini, mulai dari ketidakpastian terkait hasil pemilu di perekonomian besar, sampai keputusan penetapan suku bunga dan ketegangan geopolitik," ujar Albert.

Meskipun inflasi di kawasan tersebut secara keseluruhan sudah melambat menuju tingkat pra-pandemi, tekanan harga masih cukup tinggi di sejumlah perekonomian. Inflasi harga pangan masih tinggi di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Pasifik, sebagian akibat cuaca buruk dan pembatasan ekspor pangan yang dilakukan beberapa perekonomian.

Prakiraan pertumbuhan bagi Tiongkok, perekonomian terbesar kawasan ini, dipertahankan pada 4,8 persen tahun ini.

Berlanjutnya pemulihan konsumsi jasa dan ekspor yang lebih kuat daripada perkiraan, serta kegiatan industri, mendukung pertumbuhan ini, bahkan di tengah kesulitan sektor properti Tiongkok yang belum juga stabil. Pemerintah memperkenalkan sejumlah langkah kebijakan tambahan pada bulan Mei untuk mendukung pasar properti. 

Proyeksi India juga....

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement