REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Perkembangan zaman berdampak pada kecanggihan teknologi yang digunakan manusia. Tak terkecuali industri perbankan yang terkena imbas teknologi.
Hal ini disampaikan Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Asmawi Syam dalam seminar dan workshop bertajuk Jurus Bisnis Rakyat 'Model Bisnis yang Bankable' di Universitas Padjadjaran, Kota Bandung, Jumat (10/3).
Asmawi mengatakan dampak kecanggihan teknologi adalah semakin sepinya transaksi perbankan konvensional di kantor-kantor bank. Pasalnya masyarakat beralih pada transaksi digital yang bisa diakses kapanpun dan dimanapun.
"Kantor bank sudah mulai sepi. Transaksi perbankan itu tidak dilakukan lagi di kantor-kantor 80 persen. Transaksi di bank nyatanya sekarang tinggal 20 persen," kata Asmawi.
Menurutnya, tahun 1980-an transaksi perbankan masih 100 persen dilakukan di kantor-kantor. Tahun 1990-an sudah mulai dilakukan di luar kantor seperti adanya ATM, medin EDC. "Dengan adanya teknologi finansial semua orang menjadi bank dengan menggunakan gadget di tangan masing-masing," ujarnya,
Asmawi menyebutkan kecanggihan teknologi membuat masyarakat sudah malas beraktivitas keluar rumah. Apalagi harus mengantri dan menempuh perjalanan. Saat ini, ujarnya, lewat telepon seluler dalam genggaman atau mesin ATM transaksi perbankan sudah dapat dilakukan. Semua telah dilakukan secara online.
Hal ini dikatakannya bagian dari gangguan perbankan (banking disruption) yakni teknologi finansial yang terus berkembang. Di mana pelayanan bank tidak lagi terpusat pada kantor yang memiliki keterbatasan waktu. "Kalau perbankan kantor waktunya dari pagi sampai jam 3 sore. Tapi financial technology itu terus 24 jam. Dan kalau ini tidak diantisipasi dengan baik maka akan mengganggu perbankan," katanya.
Oleh karena itu, Asmawi mengatakan BRI sebagai lembaga perbankan pun melakukan transformasi agar tidak kalah bersaing dari perbankan lainnya. Berbagai keberanian ditempuh BRI untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Beberapa waktu lalu, BRI meluncurkan satelit untuk mendukung jaringan layanan hingga ke pelosok. Salah satunya yang berhasil dihadirkan BRI ialah layanan perbankan di tengah laut.
BRI dikatakannya berusaha menjadi bank yang modern dengan optimal memanfaatkan kecanggihan teknologi. "Ini juga yang pertama di Indonesia, BRI yang tadinya sederhana melayani masyarakat ini adalah bank termodern saat ini. Tidak ada lagi customer service tidak ada lagi teller. Seluruhnya dilayani teknologi. Pengganti customer service dan teller kita hadirkan smart table," tuturnya.
Lewat smart table, ujarnya, nasabah dapat mendapatkan informasi terbaru mengenai produk investasi, fasilitas simpanan, hingga informasi BRI lainnya dengan satu sentuhan. Sudah ada 13 kantor cabang yang menerapkan teknologi ini. Transformasi ini merupakan upaya BRI untuk terus meningkatkan layanan perbankan kepada para nasabah.