Jumat 10 Mar 2017 20:25 WIB

BPS Ungkap Keuntungan Perdagangan dengan Negara Anggota IORA

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Presiden Joko Widodo (tengah), PM Australia Malcom Turnbull (kanan) dan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma (kiri) memberikan keterangan pers hasil pertemuan para kepala negara dan pimpinan delegasi dalam rangkaian KTT Indian Ocean Rim Association (IORA) 20
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Presiden Joko Widodo (tengah), PM Australia Malcom Turnbull (kanan) dan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma (kiri) memberikan keterangan pers hasil pertemuan para kepala negara dan pimpinan delegasi dalam rangkaian KTT Indian Ocean Rim Association (IORA) 20

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa negara-negara di Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika merupakan pasar yang potensial bagi ekspor Indonesia. Apalagi, Kementerian Perdagangan telah menyatakan komitmennya untuk memperluas pasar ekspor melalui Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asosiasi Negara Lingkar Samudera Hindia atau Indian Ocean Rim Association (IORA) .

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menyebutkan bahwa potensi dari negara-negara IORA merupakan pelengkap, penambah, dan leverage terhadap posisi perdagangan internasional Indonesia selama ini. Ia menilai, fokus perdagangan luar negeri Indonesia selama ini masih terbatas pada negara-negara Trans-Pasifik, terutama Cina, Jepang, dan Amerika Serikat (AS). Pasar di negara-negara IORA diyakini bisa memberikan pilihan bagi pelaku usaha Indonesia untuk memperluas pasar selain Cina dan Jepang yang ekonominya sedang melambat.

Menurutnya, komoditas yang bisa ditawarkan ke negara-negara IORA juga terbilang variatif. Timur Tengah misalnya, Sasmito menilai Indonesia dapat mengenalkan dan menawarkan berbagai produk buah dan sayuran tropis yang sulit ditemukan di negara-negara beriklim kering.

"Bagi yang pernah ke Timur Tengah akan heran bahwa variasi buah segar mereka selain kurma dan tin hanya jeruk sunkis, pisang ambon, semangka, dan apel. Kita dapat promosikan mangga, salak, sirsak, melon, duren, kedondong ke sana," ujar Sasmito, Jumat (10/3).

Sasmito juga menilai bahwa segmen pasar di negara-negara IORA pun tak terbatas kelas ekonomi. Artinya, komoditas ekspor Indonesia ke negara-negara IORA bisa menyasar kebutuhan bagi kelompok ekonomi bawah hingga teratas. Untuk kelompok menengah ke atas, BPS melihat bahwa produk-produk seperti mobil, tekstil, sepatu, dan peralatan rumah tangga bisa dipasarkan ke Timur Tengah.

Sementara untuk pasar Afrika, Sasmito memandang produk-produk seperti peralatan rumah tangga, printer atau mesin cetak, sepatu, tekstil, pakaian jadi, dan sepeda motor sangat potensial untuk didistribusikan ke sana. Selain itu ada komoditas lain seperti perhiasan, turunan minyak kelapa sawit, kako, karet, dan lada yang menurutnya bisa dipasarkan ke negara IORA. "Nah, pasar IORA bisa sebagai target perluasan dan penambahan pasar tentu iya. Tapi melambatnya pertumbuhan Pacific sifatnya siklus atau proses pembentukan keseimbangan dari pasar yg sudah besar," katanya.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menegaskan akan menindaklanjuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asosiasi Negara Lingkar Samudera Hindia atau Indian Ocean Rim Association (IORA) dengan sejumlah perjanjian bilateral. Perjanjian bilateral penting dilakukan untuk memperluas pasar ekspor.

Enggartiasto Lukita mengatakan, anggota IORA yang kebanyakan merupakan negara berkembang menjadi keuntungan tersendiri bagi Indonesia, karena memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang tinggi. “Dari sisi itu kita melihat kesempatannya besar dan sejalan dengan perintah Presiden untuk membuka pasar baru, pasar ini sangat potensial,” tuturnya.

Dia mengatakan, potensi ekspor ke negara IORA belum banyak dimaksimalkan. Ke Afrika misalnya, potensi ekspor mencapai 550 miliar dolar AS. Namun, realisasi ekspor Indonesia pada 2016 baru mencapai 4,2 miliar dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement