REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Herman Khaeron menyatakan, gejolak harga cabai beberapa bulan terakhir bukan hanya karena permainan kartel. Namun disebutnya, buruknya tataniaga atau rantai distribusi cabai yang sangat panjang menjadi faktor penyebab lainnya.
Kata Herman, setidaknya ada delapan sampai sembilan mata rantai distribusi sehingga hargai cabai menjadi mahal. “Kartel ini kan hanya sifatnya politis saja. Kalau harga cabai naik, yang dituduh kartel. Padahal titik pangkalnya ditata niaga yang terlalu panjang,” ujar dia.
Sementara untuk mengatasi kartel cabai, anggota Fraksi Demokrat itu menyarankan dibentuknya badan atau lembaga yang bisa berperan seperti Bulog dalam pengadaan dan pengendalian harga beras. Dia mengatakan badan semacam ini perlu, tugasnya untuk membeli pangan dari petani dan menyalurkannya melalui Operasi Pasar (OP) kepada konsumen kalau terjadi kenaikan harga.
Menurutnya, petani atau konsumen tidak mampu menghadapi perilaku kartel. Lantaran karter memiliki modal yang kuat. “Perlu bantuan pemerintah. Di sinilah negara itu hadir,” kata Herman.
Selanjutnya, Herman menilai melambungnya harga kebutuhan pokok sampai ke luar batas kewarasan merupakan akibat praktek sistem liberalisasi pasar yang diberlakukan pemerintah. “Salah satu cara menghindarinya, pemerintah harus hadir seperti apa yang terjadi terhadap penyediaan kebutuhan pangan (beras) yang dilakukan Bulog,” tambahnya.
Penyebab lainnya yang menyebabkan harga melonjak adalah faktor cuaca atau musim hujan. Akibatnya, ketersedian sejumlah kebutuhan pangan berkurang. Selain itu, juga banyak tanaman cabai petani yang diserang hama.