Kamis 09 Mar 2017 03:49 WIB

PJT II Jatiluhur akan Bangun Pembangkit Listrik Mikro Hidro

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Budi Raharjo
Waduk Jatiluhur
Foto: Antara/Saptono
Waduk Jatiluhur

REPUBLIKA.CO.ID,PURWAKARTA -- PJT II Jatiluhur akan membuat anak perusahaan yang khusus mengelola energi baru dan terbarukan. Pasalnya, perusahaan BUMN yang juga pengelola air Waduk Jatiluhur ini, akan membidik pembuatan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH).

Untuk membuat satu PLTMH diperkirakan anggaran yang disediakannya mencapai Rp 20 miliar. Direktur II PJT II Jatiluhur, Sumyana Sukandar, mengatakan, potensi untuk pengembangan usaha energi baru dan terbarukan di wilayahnya sangat besar. Salah satunya, di Karawang dan Subang.

Ke depan, di kedua wilayah itu akan dibangun PLTMH dengan kapasitas produksi listrik maksimal satu megawatt (MW). "Saat ini, kami sedang melakukan kajian dan menempuh perizinan dulu," ujarnya, kepada Republika, Rabu (8/3).

Dengan adanya PLTMH ini, maka listrik yang dihasilkan oleh PJT II akan terus bertambah. Selama ini, PJT memroduksi listrik melalui enam turbin yang ada di PLTA Jatiluhur. Kapasitas produksinya mencapai 187 megawatt. Listrik yang dihasilkan oleh PJT ini, 80 persennya dijual ke PLN. Untuk pemenuhan kebutuhan listri Jawa-Bali. "Sisanya, dipergunakan untuk keperluan sendiri," ujarnya.

Sebenarnya, target pembangunan PLTMH ini ingin sesegera mungkin terealisasi. Akan tetapi, karena perizinannya yang susah, maka pembangunan PLTMH tak bisa dipastikan kapan bisa diwujudkan. Sebab, pihaknya harus menyelesaikan dulu kajian dan menempuh perizinan dengan birokrasi yang cukup panjang dan alot.

Karena itu, bila perizinannya sudah terkantongi, pihaknya akan langsung membidik wilayah Curug (Karawang) dan Subang untuk dijadikan lokasi PLTMH. Sebab, di dua wilayah ini ketersediaan airnya terus berkelanjutan. Meskipun volumenya tak sebanyak Waduk Jatiluhur.

Selain memanfaatkan air untuk PLTMH, perusahaan BUMN ini juga melebarkan sayapnya pada bisnis air minum dalam kemasan (AMDK). Manajer AMDK PJT II Jatiluhur, Dwi Handayani, mengatakan, ada satu mata air di wilayah pegunungan yang tak jauh dari bendungan, yang airnya secara kontinyu terus dieksplorasi. Air yang dieksplorasi ini, mencapai 1,2 liter per detik. Air pegunungan ini, diolah dengan menggunakan teknologi system reverse osmosis (RO).

Air ini juga diproses melalui disterilisasi dengan ozon (O3) dan sinar ultraviolet. Sehingga, mineral dalam airnya dihilangkan. Akan tetapi, molekul airnya menjadi hexagonal. Dengan begitu, air kemasan dalam galon, botol dan cup ini bisa dengan mudah dicerna oleh tubuh. "Jadi, mineral dalam air yang tidak dibutuhkan tubuh kita hilangkan. Supaya, air ini mudah dicerna," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement