REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cina memangkas target pertumbuhan ekonomi 2017 menjadi 6,5 persen. Hal ini disampaikan oleh Perdana Menteri Cina Li Keqiang dalam pembukaan pertemuan tahunan parelemen Cina. Target pertumbuhan ekonomi Cina pada tahun ini turun dari pencapaian pertumbuhan pada 2016 lalu sebesar 6,7 persen.
Pinjaman yang besar dan peningkatan pengeluaran pemerintah memicu kekhawatiran diantara para pemimpin top Cina terhadap adanya utang yang tinggi, serta pasar perumahan semakin memanas. Pada 2017 Pemerintah Cina juga memotong broad money supply sekitar 12 persen, sedangkan pada 2016 lalu sebesar 13 persen. Sementara untuk target defisit anggaran pemerintah tetap berada di kisaran 3 persen dari produk domestik bruto.
Li mengatakan, Pemerintah Cina akan terus menerapkan kebijakan fiskal yang proaktif dan mempertahankan kebijakan moneter yang pruden. Selain itu, pemerintah juga akan melakukan reformasi supply-side dan mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan risiko serta menjamin keamanan di sektor keuangan.
"Saat ini secara keseluruhan risiko sistemik berada dibawah kendali, tapi kita harus waspada terhadap build-up dari risiko," ujar Li dilansir Reuters, Ahad (5/3).
Cina harus memiliki tingkat kewaspadaan lebih tinggi mengenai risiko dari aset non performing, default utang, shadow banking, dan internet finance. Li menambahkan, pemerintah akan memastikan ketertiban di sektor keuangan dan membangun proteksi terhadap risiko keuangan. Oleh karena uitu, pemerintah mendorong deleveraging terutama di sektor korporasi non finansial.
Rasio utang Cina terhadap GDP naik ke angka 277 persen pada akhir 2016 dari 254 persen pada 2015. Data terbaru menunjukkan bahwa pinjaman Cina pada Januari 2017 mencapai angka tertinggi yakni sebesar 2,03 triliun yuan. Bank Sentral Cina menyatakan bahwa proses deleveraging utang harus dikelola secara hati-hati untuk membantu menghindari krisis likuiditas dan gelembung aset.
"Kami akan menerapkan berbagai instrumen kebijakan moneter, menjaga stabilitas dasar dalam likuidtas, menjaga suku bunga pasarpada tingkat yang sesuai, dan meningkatkan mekanisme transmisi kebijakan moneter," kata Li.
Selain itu, Cina juga akan menekan sekuritisasi aset dan menerapkan kebijakan berdasarkan wilayah terutma di sektor perumahan. Wilayah yang disasar adalah kota-kota di tier ketiga dan tier keempat. Di sisi lain target inflasi konsumen pada 2017 ini diprediksi akan tetap berada di kisaran 3 persen.