REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengingatkan kesenjangan di Indonesia sudah cukup membahayakan dibandingkan negara lain. "Di Thailand yang kaya dan miskin sama agamanya. Di Filipina juga begitu, baik yang kaya maupun miskin memiliki agama yang sama. Sementara di Indonesia yang kaya dan miskin berbeda agama," kata Wakil Presiden M Jusuf Kalla saat menutup sidang tanwir Muhammadiyah di Ambon, Ahad (26/2).
JK menjelaskan di Indonesia sebagian besar orang yang kaya adalah warga keturunan yang beragama Khonghuchu maupun Kristen. Sedangkan orang yang miskin sebagian besar Islam dan ada juga yang kristen. "Ini sangat berbahaya. Karena itu kita harus berusaha bersama untuk mengatasi hal ini," kata Jusuf Kalla.
Menurut JK, persoalan kesenjangan tidak hanya menjadi masalah bangsa Indonesia. JK menjelaskan juga sangat terasa adanya ketimpangan antara negara maju dan bukan. Hal itu juga terjadi di internal negara manapun. Di Amerika pun, kata JK, juga terjadi kesenjangan. "Pancasila bukan tidak kita laksanakan hanya sila ke limanya sangat sulit kita laksanakan," kata JK.
Sebelumnya Ketum PP Muhammadiyah Haedar Natsir atas nama organisasi menganugerahkan penghargaan kepada M Jusuf Kalla sebagai bapak perdamaian dan kebhinnekaan bukan dalam kata-kata dan retorika tapi dalam langkah dan tindakan yang menorehkan jejak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sidang tanwir Muhammadiyah kali ini juga memutuskan resolusi penguatan kedaulatan dan keadilan sosial. Salah satu isi resolusi tersebut adalah negara tak boleh takluk oleh pemilik modal asing maupun dalam negeri yang memporak porandakan tatanan negara hanya untuk mengeruk kekayaan dan meraih kekuasaan.