REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Industri pengolahan minyak sawit di dalam negeri diminta untuk menghasilkan produk hilir yang bernilai tambah tinggi sesuai kebutuhan pasar domestik dan ekspor. Untuk itu, diperlukan peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi manufaktur terbaru agar lebih berdaya saing.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartato menuturkan, pertumbuhan industri hilir yang tangguh dan berkelanjutan itu akan ditopang oleh inovasi teknologi atau rekayasa produk baru. Rekayasa tersebut baik yang mengandalkan kemampuan riset mandiri maupun kolaborasi dengan lembaga riset internasional.
Salah satu upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yakni, berupaya memfasilitasi pembangunan industri pengolahan limbah spent bleaching earth (SBE) agar segera beroperasi komersial sesuai peraturan dan perundangan yang berlaku. Pasalnya, limbah B3 dari pabrik minyak goreng tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif untuk urugan jalan raya dan beton permukiman.
“Kami sangat mendukung terobosan ini karena sejalan dengan visi Kabinet Kerja dalam mendorong pembangunan infrastruktur,” kata Airlangga melalui siaran pers, usai mengunjungi PT Musim Mas di Kawasan Industri Medan, Sumatra Utara.
Airlangga menyampaikan, pihaknya sedang memacu kinerja industri pengolahan minyak sawit dalam negeri serta mengintensifkan kampanye positif terhadap produk CPO Indonesia agar diterima pasar ekspor terutama Amerika Serikat dan Eropa. Sebagai salah satu Anggota Komite Dewan Pengarah BPDP Kelapa Sawit, Kemenperin telah mengusulkan penurunan tarif, yang nantinya akan dibahas bersama kementerian terkait lainnya.
Selain itu, Pemerintah tengah berkoordinasi dengan produsen dan industri pengemasan agar dapat menghasilkan produk minyak goreng yang harganya dapat terjangkau bagi masyarakat khususnya kalangan menengah ke bawah.
Dalam kunjungan kerja ini, selain berdiskusi Airlangga juga melihat secara langsung proses produksi pengolahan minyak sawit yang terintegrasi dari hulu CPO menjadi aneka produk hilir seperti minyak goreng, lemak pangan, oleokimia, dan biodiesel.
“Ternyata di Musim Mas ini, pengembangan industrinya dimulai dari hilir, baru gerak ke hulu. Jadi, pohon industrinya mereka sudah kuat, bahkan mampu menembus pasar ekspor ke puluhan negara. Mereka tidak hanya menjual dalam bentuk produk jadi, tetapi memproduksinya di beberapa negara ekspor itu,” paparnya.
Untuk itu, lanjut Airlangga, strategi perusahaan tersebut perlu dicontoh oleh manufaktur nasional dalam upaya menjadi industri kelas dunia.