REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (24/2) pagi bergerak menguat sebesar 28 poin menjadi Rp 13.324, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.352 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah menguat bersamaan dengan kurs lain di kawasan Asia seiring dengan kredibilitas Presiden AS Donald Trump yang tergerus," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Jumat.
Rangga Cipta mengemukakan bahwa selain akibat penantian terhadap kebijakan fiskal Trump yang terlalu lama sehingga menggerus kredibilitas, berkurangnya kekhawatiran efek geopolitik di Uni Eropa juga turut menjadi salah satu penekan dolar AS. Kendati demikian, ia mengatakan sentimen dari dalam negeri yang secara umum belum ada perubahan sentimen dapat menahan laju mata uang domestik. Sebagian pelaku pasar masih khawatir terhadap inflasi tahunan yang diproyeksikan naik pada Februari 2017.
Selain itu, ia menambahkan bahwa optimisme Bank Indonesia terhadap prospek pertumbuhan di kuartal pertama tahun ini yang berkurang juga dikhawatirkan dapat menahan laju mata uang rupiah. "Bank Indonesia pesimis terhadap kontribusi belanja pemerintah," katanya. Bank Indonesia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal I 2017 yang sebelumnya diperkirakan sebesar 5,05 persen (year on year/yoy), karena masih rendahnya konsumsi pemerintah.
Sementara itu,analis Monex Investindo Futures, Putu Agus menambahkan bahwa dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang di kawasan Asia menyusul pengumuman notulensi pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang belum memberikan kejelasan. "The Fed menyatakan kehati-hatian dalam menaikkan suku bunga. Pernyataan itu membuat momentum penguatan mata uang dolar AS menjadi memudar," katanya.