REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) terus mengembangkan transaksi nontunai atau Layanan Keuangan Digital (LKD). Hal itu disesuaikan dengan era perkembangan teknologi yang cukup pesat.
Wakil Direktur BRI Sunarso menyatakan, perseroan akan menggerakkan perekonomian nasional di tiga area. Pertama mengumpulkan dana masyarakat, kedua menyalurkan kembali dana masyarakat, lalu ketiga menggerakkan uang melalui proses dan sistem. "Ini merupakan upaya menggerakkan uang secara cepat atau cashless," ujarnya di Tangerang, Rabu, (22/2).
Bank yang fokus menggarap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ini pun baru saja meluncurkan BRILink Mobile demi mempermudah nasabah mendapat layanan perbankan seperti transfer uang, tarik tunai, bayar listrik, bahkan mengajukan kredit mikro tak perlu datang ke kantor cabang BRI melainkan lewat agen BRILink terdekat.
Sunarso menyebutkan, pada tahun lalu perseroan berhasil menghimpun dana masyarakat (Dana Pihak Ketiga/DPK) hingga Rp 754 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 12 persen, salah satunya berkat kontribusi program BRILink yang telah diluncurkan sebelumnya.
"Dana itu kemudian disalurkan dalam bentuk aset kredit sebanyak Rp 663,4 triliun yang mayoritas disalurkan ke UMKM. Kualitas kreditnya pun baik NPL (kredit bermasalah) hanya 2,13 persen, artinya debitur dan nasabah baik," ujar Sunarso.
Kini aset konsolidasi BRI juga menembus Rp 1.003 triliun dengan laba Rp 25,7 triliun tahun lalu. "Di tengah tekanan perekonomian, laba kami selalu positif tidak pernah tumbuh negatif," tegasnya.
Ia percaya bila transaksi non tunai dapat terus ditingkatkan dan perputaran uang lebih cepat maka pertumbuhan ekonomi juga akan lebih cepat terdorong. Sampai Januari 2017, BRI mempunyai 90.035 agen BRILink, diharapkan sampai akhir tahun bisa mencapai 135 ribu agen.