Jumat 10 Feb 2017 16:18 WIB

Jadi Calon DK OJK, Ini Kata Dua Direksi BEI

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Budi Raharjo
Layar menampilkan poin Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. (ilustrasi)
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Layar menampilkan poin Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua orang di jajaran direksi Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio dan Samsul Hidayat lolos seleksi tahap pertama bursa pencalonan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebelumnya Panitia Seleksi DK OJK Periode 2017 - 2022 telah menetapkan 107 calon yang lolos seleksi tahap pertama.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengatakan, akan meneruskan berbagai program yang sudah ada di pasar modal apabila terpilih menjadi anggota DK OJK. "Buat saya sih yang penting keberlangsungan dari program yang berjalan. Seperti kemudahan akses, strengthening the brokers, tetap sama," ujar Tito di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (10/2).

Tito telah fokus di pasar modal sejak 1989. Ia  nantinya ingin mengembangkan pasar modal ke arah digitalisasi. Sebab, perusahaan kecil startup saat ini banyak yang berasal dari luar Jakarta. "Indonesia kan besar. Semoga nanti bisa digitalisasi jadi orang di Medan tidak harus daftar ke Jakarta," katanya.

Mengenai target perusahaan asing besar di Indonesia untuk initial public offering (IPO), menurut Tito, tetap akan ia kejar meskipun tidak menjadi DK OJK.

Sementara itu, Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat mengatakan, pencalonan dirinya dan Tito untuk menambah kontribusi ke pasar modal. Apalagi mengingat tantangan pasar modal dalam lima tahun kedepan semakin besar. Terutama terkait bagaimana peran pasar modal agar bisa berkontribusi lebih banyak terhadap pembangunan nasional.

"Kita berharap dengan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki, bisa memberikan solusi-solusi yang tepat. Artinya kebijakan-kebijakan di pasar modal yang lebih tepat untuk bursa mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi yang diharapkan pemerintah,"tutur Samsul.

Samsul menuturkan, untuk pengembangan pasar modal ini dibutuhkan kebijakan strategis pasar modal dan juga kerjasama internasional. Selama ini, pasar modal Indonesia berkompetisi di regional. Ke depannya pasar modal Indonesia harus bisa lebih terdepan, terutama dalam hubungan kerja sama dengan pasar modal regional.

"Mustinya berbekal pengalaman itu, kita bisa meramu kebijakan yang lebih kondusif di pasar modal," katanya.

Dengan demikian, ia berharap pasar modal dapat menjadi alat yang tidak hanya untuk mendukung tapi juga industri kunci untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Tentunya kita ingin pasar modal jadi tulang punggung untuk pencapaian target-target ekonomi pemerintah" kata Samsul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement