Rabu 01 Feb 2017 20:15 WIB

BI Akui Tarif STNK dan Listrik Pengaruhi Inflasi Januari

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolanda
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo memberikan keterangan kepada wartawan seusai mengadakan pertemuan tingkat tinggi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Gedung BI, Jakarta, Rabu (25/1).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo memberikan keterangan kepada wartawan seusai mengadakan pertemuan tingkat tinggi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Gedung BI, Jakarta, Rabu (25/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memandang laju inflasi Januari 2017 ini lebih dipengaruhi oleh harga-harga yang diatur pemerintah atau administered prices. Gubernur BI Agus Martowardojo menyebutkan, inflasi di awal tahun ini didongkrak oleh kenaikan tarif pengurusan STNK dan pengalihan subsidi listrik golongan 900 Volt Ampere (VA). Namun di sisi lain, Agus juga menyebut bahwa kenaikan harga cabai rawit merah memberikan sumbangan inflasi. 

"Sementara, penyumbang deflasinya cabai merah, bawang merah, dan tomat sayur," ujar Agus di Kementerian Keuangan, Rabu (1/2). 

Di sisi lain, pemerintah menilai kebijakan harga-harga yang diatur (administered prices) pemerintah terhadap laju inflasi lebih stabil. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, berbeda dengan harga bahan pokok yang bergejolak atau volatile foods yang "naik-turun", administered prices cenderung tetap. 

Darmin menyebutkan, sekali pemerintah melakukan penyesuaian nilai atas harga yang diatur pemerintah, maka ketetapannya tak akan berubah dalam waktu singkat. Menurutnya, harga-harga yang diatur pemerintah tak akan kembali turun atau naik dalam kurun waktu terlampau dekat. 

Sedangkan, untuk kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) umum nonpenugasan, Darmin menegaskan hal tersebut bukan kewenangan pemerintah. BBM umum nonpenugasan seperti Pertamax dan Pertalite memang diatur langsung oleh PT Pertamina (persero). Kewenangan pemerintah hanya pada BBM jenis Premium, Solar, dan minyak tanah. 

"Memang inflasi, harga semua kelompok naik. Komunikasi dan transportasi. Kemudian rumah dan pangan. Kalau transportasi memang ada administered prices," ujar Darmin. 

Indeks harga konsumen Januari 2017 tercatat sebesar 0,97 persen, sementara inflasi tahun ke tahun sebesar 3,49 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, sumbangan inflasi tertinggi diberikan oleh kelompok tranportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 2,35 persen. Di dalamnya terdapat kenaikan tarif adminsitrasi surat kendaraan bermotor dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) umum nonpenugasan. 

Sementara, kelompok kedua yang menyumbang inflasi tertinggi adalah perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar di mana di dalamnya terhitung adanya pengalihan subsidi listrik golongan 900 Volt Ampere (VA). Kelompok ketiga yang menyumbang inflasi adalah kelompok bahan makanan yang di dalamnya tercatat adanya kenaikan harga komoditas cabai rawit merah.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement