Kamis 26 Jan 2017 09:53 WIB

Komitmen, Kunci Pembangunan Infrastruktur Telekomunikasi di Papua

Peta Papua. (Ilustrasi)
Peta Papua. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan infrastruktur jaringan telekomunikasi di Papua membutuhkan komitmen dari operator. "Kita memang tidak tahu kapan masyarakat di Indonesia bagian Timur sepenuhnya akan memperoleh kesempatan dapat memilih  layanan seluler yang beragam seperti halnya mereka di Pulau Jawa. Sungguh terlalu, dari 5 operator seluler yang ada di Indonesia, hanya ada satu Telkomsel yang mengudara di sana hingga pelosok. Tanpa adanya pilihan," ungkap Pengamat senior Seluler yang juga Anggota Wantiknas Garuda Sugardo di Jakarta, dalam keterangan pers, Kamis (26/1).

Diungkapkannya, sejak dua puluh tahun yang lalu sampai saat ini, sudah beberapa kali pergantian rezim pemerintahan dan Menteri Perhubungan/Kominfo berusaha mengurusi kesenjangan ini, tanpa hasil mengatasinya. "Miris sekali. Karenanya saat Menkominfo era Presiden Jokowi mengeluarkan jurus best practice dalam upaya mensolusinya, kita pantas memberinya jempol. Dan kita tunggu hasilnya," jelasnya.

Garuda yang dikenal sebagai Bapak Seluler Indonesia ini menceritakan hanya butuh 18 bulan bagi Telkomsel membangun jaringan ke seluruh 27 Provinsi kala era Orde Baru. Bandingkan dengan tiga dari empat operator yang mayoritas pemiliknya investor asing (Indosat, XL, Tri, dan Smartfren), sampai hari ini masih berharap memperoleh fasilitas network sharing dari Telkom dan Telkomsel.

"Sah-sah saja! Dasarnya adalah hitungan untung-rugi bisnis dari sebuah wilayah yang penduduknya pun tipis. Namun bagi saya, kunci penggelaran jaringan di Papua adalah komitmen sebagai anak bangsa dan rasa mencintai Papua," tegasnya.

Garuda mengungkap, Telkomsel dengan dukungan dari induk usahanya memang lumayan dominan di Indonesia Bagian Timur, apalagi Papua. Operator yang identik dengan warna merah ini memiliki basis pelanggan di Papua dan Maluku sekitar 5,251 juta nomor, sedangkan populasi yang terjangkau adalah 4,2 juta jiwa dari total 5,8 juta jiwa.

Sementara TelkomGrup memiliki 1,78 juta pelanggan seluler dengan 1.046 BTS di Jayapura. Sedangkan layanan IndiHome di Papua ada 7.155 pelanggan dimana 2.805 pelanggan diantaranya di Jayapura. Untuk sambungan telepon ada sekitar sekitar 28.000 satuan sambungan. Per Desember 2016, jumlah populasi penduduk Papua sekitar 3,2 juta jiwa.

 

Kunci keberhasilan dari operator pelat merah ini memang di konsisten membangun infrastruktur sebagai pondasi untuk menjaga sustainability ke depan di tengah gempuran pesaing dan pemain over the top (OTT).

"Pembangunan infrastruktur merupakan kewajiban bagi Telco Company (Telco) seperti Telkom Group, tidak eranya Telco mengandalkan alat produksi dan teknologi terdahulu sebagai main driver revenue stream. Kami terus lakukan transformasi infrastruktur untuk memberikan customer experience terbaik dan mendorong digital business," ungkap VP Corporate Communication Telkom Arif Prabowo pada kesempatan lain.

Diungkapkannya, pada tahun 2016 beberapa pekerjaan besar dan penting telah diselesaikan Telkom terkait dukungan untuk tulang punggung pita lebar yang melayani Nusantara, bahkan lintas negara. Tercatat, selesainya proyek SEA-ME-WE 5, jaringan kabel optik bawah laut dari Dumai ke Marseille Perancis melalui Asia Tenggara dan Timur Tengah yang akan membawa Indonesia menjadi pusat traffic-hub dunia.

Ada lagi, jaringan kabel optik bawah laut Makasar, Kendari, Maumere sepanjang 1700-an KM yang merupakan fase terakhir bagian dari pembangunan Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS).

"Total kita bangun jaringan tulang punggung 106 ribu km lebih atau 2.5 kali keliling bumi. kalau di level akses, Telkomsel punya 130 ribu BTS, jaringan serat optik ke rumah sebanyak 16 juta homepass, dan lima juta diantaranya dibangun di 2016," paparnya.   

Ditambahkannya, di tahun 2017 TelkomGroup tetap ekspansif membangun jaringan tulang punggung diantaranya dengan meluncurkan Satelit Telkom 3S tak lama lagi, menyelesaikan kabel laut SEA-US sepanjang 14 ribu km lebih, dan membangun 19 jaringan tulang punggung optik di 19 kabupaten

Salah satu prioritas adalah membangun Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Manokwari-Jayapura sebagai jaringan cadangan bagi SMPCS yang sering terputus atau mengalami gangguan karena faktor alam. Jaringan sepanjang 1.000 km sebagai 'link diversity' dalam upaya recovery gangguan trafik berulang antara Jayapura dan Sarmi.

 .

"Sebenarnya yang terkena dampak dari sering terputusnya jaringan SMPCS hanya kota Jayapura saja, Manokwari, Biak, Sorong, FakFak sampai Merauke normal. Kami sangat senang kalau ada operator lain mau menemani Telkom menyediakan jaringan tulang punggung di Indonesia bagian Timur ini, agar ada pilihan dan sama-sama membangun anak bangsa," tutupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement