Selasa 24 Jan 2017 19:21 WIB

Industri Asuransi Syariah Diproyeksi Tumbuh 7 Persen

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Adiwarman Karim
Foto: republika
Adiwarman Karim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Industri asuransi syariah diperkirakan akan tumbuh sekitar 7,00 persen secara tahunan (year on year). Pertumbuhan industri ini sejalan dengan selesainya proses spin off dan merger PT Reasuransi Internasional Indonesia Syariah (Reindo).

Pengamat Ekonomi Syariah, Adiwarman Karim menjelaskan, berdasarkan asumsi pertumbuhan aset pada dua tahun sebelumnya, yaitu 2014 dan 2015, industri keuangan syariah 2016 diprediksi naik. Pada Desember 2016, industri asuransi jiwa syariah diprediksik mengalami kenaikan sebesar Rp 1,829 triliun dengan pertumbuhan sebesar 7,57 persen atau dengan tambahan aset Rp 138,41 miliar.

“Pada tahun 2017, diproyeksikan industri asuransi jiwa syariah akan mengalami kenaikan sebesar Rp 1,968 triliun dengan pertumbuhan 7,06 persen atau dengan tambahan aset sebesar Rp 139,04 miliar,” kata Adiwarman pada Republika.co.id, Selasa (24/1).

Adapun unit usaha syariah (UUS) asuransi jiwa per akhir 2016 diprediksi mengalami kenaikan sebesar Rp 20,414 triliun dengan pertumbuhan sebesar 28,59 persen atau dengan tambahan aset Rp 5,837 triliun. Pada 2017, diproyeksikan unit usaha syariah asuransi jiwa akan mengalami kenaikan sebesar Rp 28,852 triliun dengan pertumbuhan 29,24 persen atau dengan tambahan aset sebesar Rp 8,437 triliun.

Untuk industri asuransi umum syariah, per akhir 2016 diprediksikan akan mengalami kenaikan sebesar Rp 841,33 triliun dengan pertumbuhan sebesar 8,79 persen atau dengan tambahan aset Rp 67,99 miliar. Pada 2017, diproyeksikan industri asuransi syariah akan mengalami kenaikan sebesar Rp 909,01 milliar dengan pertumbuhan 8,04 persen atau dengan tambahan aset sebesar Rp 67,68 miliar.

Sementara UUS asuransi umum per akhir 2016 diprediksikan akan mengalami kenaikan sebesar Rp 3,63 triliun dengan pertumbuhan sebesar 8,79 persen atau dengan tambahan aset Rp 679,9 milliar. Sedangkan tahun ini, diproyeksikan akan mengalami kenaikan sebesar Rp 4,08 triliun dengan pertumbuhan 14,08 persen atau dengan tambahan aset sebesar Rp 448,42 milliar.

Sedangkan reasuransi syariah diprediksikan akan mengalami kenaikan sebesar Rp 1,24 triliun dengan pertumbuhan sebesar 11,06 persen atau dengan tambahan aset Rp 123,92 miliar per akhir 2016. Sementara di tahun ini, industri reasuransi syariah akan mengalami  kenaikan sebesar Rp 1,36 triliun dengan pertumbuhan 9,96 persen atau dengan tambahan aset sebesar Rp 123,9 miliar.

Menurut Adiwarman, pada tahun ini ada faktor yang memperlambat laju industri asuransi syariah, juga ada faktor yang mempercepat pertumbuhan industri. Adapun faktor yang berpotensi memperlambat pertumbuhan asuransi syariah adalah berakhirnya periode masa kerja pengurus OJK, dan perubahan pengurus beberapa bank syariah.

“Masa kerja pengurus OJK adalah tahun 2012-2017. Pengangkatan kembali atau pergantian sebagian atau seluruhnya tentu melibatkan suatu proses. Proses inilah yang berpotensi memperlambat karena berpotensi tertundanya beberapa kebijakan strategis, termasuk perijinan,” tuturnya.

Selain itu, perkiraan adanya perubahan pengurus asuransi syariah diperkirakan akan merubah bisnis model asuransi tersebut. Perubahan bisnis model menuntut adanya banyak perubahan lainnya yaitu sumberdaya manusia, sistem, dan selera risiko. Proses perubahan inilah yang berpotensi memperlambat pertumbuhan.

Kendati begitu, di sisi lain, ada faktor-faktor yang akan mendorong pertumbuhan industri asuransi syariah. Faktor yang berpotensi mempercepat pertumbuhan Asuransi Syariah adalah dengan selesainya proses spin off dan merger PT Reasuransi Internasional Indonesia Syariah (Reindo). Reindo menjadi reasuransi full fledge Syariah pertama di Indonesia. Faktor kedua adalah dengan mulai masuknya electronik processing aplikasi, ilustrasi, dan notifikasi. “Hal ini merupakan jawaban atas kendala asuransi syariah juga dapat meningkatkan efisiensi intermediasi asuransi syariah,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement