REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kembali melakukan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) pada 2016. Hasilnya menunjukkan indeks literasi keuangan sebesar 29,66 persen dan indeks inklusi keuangan sebesar 67,82 persen.
Angka itu meningkat dibanding hasil SNLIK pada 2013, yaitu indeks literasi keuangan 21,84 persen dan indeks inklusi keuangan 59,74 persen. "Peningkatan tersebut merupakan hasil kerja keras OJK dan Industri Jasa Keuangan, yang terus berusaha secara berkesinambungan meningkatkan literasi dan iklusi keuangan di masyarakat," ujar Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Kusumaningtuti S Soetiono, Selasa, (24/1).
Menurutnya, OJK bersama Industri Jasa Keuangan (IJK) akan terus mendorong dan melaksanakan program literasi serta inklusi keuangan. Hal itu demi mencapai target indeks inklusi keuangan yang dicanangkan pemerintah melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) sebesar 75 persen pada 2019.
Kusumaningtuti atau lebih akrab disapa Titu menjelaskan, SNLIK 2016 dilakukan OJK untuk mengukur efektivitas implementasi SNLIK 2013 yang telah dilakukan. Kemudian memetakan kembali tingkat literasi serta inklusi keuangan masyarakat terkini.
Survei pada 2016 ini meliputi 9.680 responden di 34 provinsi yang tersebar di 64 kota atau kabupaten di Indonesia. Dengan mempertimbangkan gender, strata, wilayah, umur, pengeluaran, pekerjaan, dan tingkat pendidikan.
"Dengan hasil survey itu, OJK bersama IJK menyusun SNLKI yang didalamnya terdapat berbagai macam program strategi dan program inisiatif," jelas Titu.
Ia menambahkan, tujuan beberapa program tersebut untuk lebih meningkatkan literasi serta inklusi keuangan masyarakat.