Senin 23 Jan 2017 11:19 WIB

Menteri OPEC dan Non-OPEC Dukung Pemangkasan Produksi Minyak

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nidia Zuraya
Ladang pengeboran migas (ilustrasi)
Foto: AP PHOTO
Ladang pengeboran migas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Negara OPEC dan non OPEC telah membuat komitmen awal yang kuat untuk menurunkan produksi minyak mereka dalam lebih dari satu dekade. Para Menteri energi negara OPEC dan non OPEC memuji dukungan mereka untuk mengurangi kelebihan pasokan dan mendukung perbaikan harga.

"Kesepakatan itu sukses, semua negara terkait kesepakatan (yang hasilnya di atas ekspektasi," kata Menteri Energi Rusia Alexander Novak setelah pertemuan pertama komite yang dibentuk untuk memantau kesepakatan.

Ia mengatakan, 1,5 juta dari hampir 1,8 juta barel per hari telah dibawa keluar dari pasar. Negara yang terlibat dalam kesepakatan tersebut dapat mengurangi output mereka sebesar 1,7 juta barel per hari pada akhir bulan.

Sekitar 11 dari 13 anggota OPEC bersama dengan 11 negara-negara non OPEC telah sepakat untuk melakukan pemotongan di paruh pertama tahun ini. Anggota OPEC Nigeria dan Libya diberi pengecualian.

"Kerajaan (Arab Saudi) telah mengambil inisiatif dan negara-negara lain mengambil bagian dalam tindakan yang sangat signifikan," ujar Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih kepada wartawan.

Meski permintaan biasanya lebih rendah pada kuartal pertama di musim dingin, tindakan yang diambil oleh Kerajaan dan banyak negara lainnya telah berdampak pada pasar. Harga minyak Brent LCOc1 yang jatuh ke 27,10 dolar AS (Rp 362 ribu) per barel tahun lalu menjadi 50 dolar AS (Rp 668 ribu) per barel karena produsen OPEC sepakat pada 10 Desember untuk menurunkan output pada paruh pertama 2017.

Pemotongan ini bertujuan untuk mengurangi kelebihan minyak yang telah membebani harga minyak selama lebih dari dua tahun. Falih mengatakan, pelaksanaan pengurangan produksi 'fantastis' dan ia berharap pada Februari kepatuhan semua pihak mencapai 100 persen.

Pada Ahad (22/1) telah disepakati pembuatan Komite Bersama Teknis (JTC) yang terdiri dari perwakilan masing-masing lima anggota komite monitoring, serta presiden OPEC yang saat ini dipegang Arab Saudi. Dalam sebuah rilis berita OPEC, JTC akan bekerja sama dengan sekretariat OPEC dalam menyusun data produksi yang akan disampaikan kepada komite pemantauan menteri tanggal 17 tiap bulannya.

JTC akan berkomunikas setelah tanggal 17 setiap bulan dan berencana melakukan dua pertemuan menjelang pertemuan OPEC berikutnya di Wina pada 25 Mei. 

 

sumber : Reuters

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement