REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai partai modern pembela Pencasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas menolak segala macam bentuk SARA (suka, agama, ras dan antargolongan), intoleransi serta radikalisme. Pasalnya, ketiga sentimen tersebut telah menghantam urat nadi perekonomian nasional.
"Ketegasan posisi ini menjadi semakin mendesak guna melindungi perekonomian rakyat. PKB sebagai partai modern, pembela Pancasila dan propembagian economi menolak dengan tegas segala bentuk sentimen SARA, intolerance serta radikalisme agama," kata Ketua Umum (Ketum) Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) H Abdul Muhaimin Iskandar di Jakarta, Ahad (22/1).
Menurut Muhaimin, sikap tegas seperti ini penting sebagai upaya melindungi perekonomian nasional. Cak Imin menambahkan, bergejolaknya pasar keuangan Indonesia di mulai pada bulan November 2016. Dimana muncul dua sentimen negatif. Pertama, terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS dan kedua, merebaknya sentimen SARA menyusul kasus penistaan agama.
"Dampak terhadap berita-berita seperti itu menyebabkan dunia usaha dan dunia keuangan was-was. Ituartinya, urat nadi ekonomi nasional tengah dibidik untuk dihancurkan, " ujar pria yang memiliki panggilan merakyat Cak Imin.
"Akibatnya rupiah melemah cukup dalam, dibandingkan mata uang negara lain di kawasan. Tak hanya itu, sejak awal November 2016 dana investor asing hengkang dari pasar saham (Rp 18 triliun) maupun obligasi (Rp 24 triliun), " ucapnya.
Cak Imin lebih jauh menuturkan, sentimen SARA dan radikalisme agama mulai secara riil menghantam sektor bisnis dan dunia keuangan saat mencuatnya isu rush money dan juga boikot Sari Roti. "Kedua isu tersebut sempat menekan pergerakan saham kedua perusahaan, yang mencerminkan kekhawatiran investor akan dampak negatif dari isu tersebut terhadap pendapatan dan kinerja perusahaan," ujarnya.
Untuk mengetahui seberapa parah dampak isu negatif tersebut, kata Cak Imin, PKB menggelar diskusi panel pada Senin (23/1/2017) pukul 08.00 WIB dengan tema 'SARA, Radikalisme dan Prospek Ekonomi 2017' di gedung CIMB Niaga.
Dengan pembicara Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Tenaga Kerja RI, Muhammad Hanif Dhakiri, Liky Sutikno, Chairman INACHAM (Indonesia Chamber of Commerce in China), Ekonom, Faisal Basri dan Sofjan Wanandi, Pengusaha/Staf Ahli Koordinator Presiden RI.
"Mari kita hadiri diskusi tersebut untuk mengetahui lebih lanjut dampak ekonomi kita setelah isu SARA, intoleransi dan radikalisme merebak di Indonesia, " tandasnya.