REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suara Menteri Keuangan Sri Mulyani terdengar jelas menahan tangis saat meresmikan nama Gedung Utama Kantor Pajak. Bangunan yang menjulang di kawasan Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan tersebut dinamai dengan sosok mantan Menteri Keuangan periode 1993 hingga 1998, Mar'ie Muhammad, untuk menghormati jasa-jasanya selama hidup.
Sosok Mar'ie Muhammad memang sangat dikenal masyarakat sebagai sosok yang sederhana dan tidak "neko-neko". Sri menganggap, penamanaan Gedung di Kantor Pusat Pajak diharapkan bisa mendorong rasa ingin tahu generasi muda untuk mengenal sosok Mr Clean itu, sebutan Mar'ie semasa hidup.
Secara pribadi Sri juga merasa bahwa Mar'ie merupakan sosok yang mampu memberikan nasihat, masukan, dan ide-ide tentang membangun negeri ini. Bahkan, Sri menyebut sosok Mar'ie sebagai orang yang bisa dipercaya dan tak akan berkhianat sebagai seorang senior sekaligus sahabat.
"Dan Pak Marie selalu di sana, memberikan semangat memberikan peringatan dan menukarkan pengalaman beliau untuk menegakkan institusi. Sungguh tidak mudah," ujar Sri di Kantor Pusat Ditjen Pajak, Kamis (19/1).
Sepak terjang seorang Mar'ie Muhammad dalam mengurus keuangan Indonesia tak bisa diragukan lagi. Sri menceritakan, di era Mar'ie menjabat sebagai Dirjen Pajak yakni 1988 hingga 1993, dan berlanjut sebagai Menteri Keuangan hingga 1998, merupakan era di mana integritas di dalam pemerintah terbilang sulit dicari.
Bagi Sri, kondisi ekonomi saat itu bisa dibilang cukup stabil. Namun, di sisi pemerintahan, sosok Mar'ie hanyalah segelintir sosok berintegritas yang mengurusi negeri ini. Sri menyebut seorang Mar'ie dengan frasa, "Dia masuk sungai namun tak perlu hanyut. Bukan karena ambisi politik namun kesetiaan akan suatu nilai yang ia yakini."
Kegaguman Sri atas sosok Mar'ie Muhammad akhirnya dituangkan dalam penamaan gedung. Namun, Sri menegaskan bahwa langkah ini tak sebatas seremonial saja. Sri ingin agar setiap pegawai pajak senantias bisa teringat sosok Mar'ie yang penuh integritas dan kejujuran. Sri ingin seluruh pegawai pajak mampu bekerja tanpa menjual intergitasnya, sesuatu yang masyarakat nantikan selama ini.
"Generasi muda tidak memiliki kesempatan untuk mengenal beliau secara pribadi. Kita yang pernah memiliki kemewahan untuk bekerja bersama beliau, memiliki kewajiban paling tidak menceritakan. Lebih bagus lagi memberikan contoh," katanya.
Kesederhanaan seorang Mar'ie memang memang patut dicontoh. Salah satu sahabat terdekatnya, Erry Riyana Hardjapamekas, yang juga tokoh antikorupsi menceritakan bahwa Mar'ie pernah menjual bekas mobil dinasnya sebagai menteri untuk membayar kontrakan.
Ia mengisahkan, saat itu timnya sedang berniat melakukan pelatihan good governance bersama Masyarakat Transparansi Indonesia. Hanya saja, pihaknya butuh menyewa satu rumah yang digunakan sebagai sekretariat kegiatan.
"Beliau pernah menjual mobil peugot Rp 200 juta. Itu untuk membiayai kontrakan pelatihan good governance. Bekas mobil dinas menteri," katanya.
Baca juga: Nama Mar'ie Muhammad Abadi di Gedung Utama Kantor Ditjen Pajak