Selasa 17 Jan 2017 09:51 WIB

Sentimen Positif Domestik tak Cukup Angkat Kurs Rupiah

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
 Pekerja menghitung uang rupiah di salahsatu tempat penukaran, Jakarta, Jumat (2\12).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Pekerja menghitung uang rupiah di salahsatu tempat penukaran, Jakarta, Jumat (2\12).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah tipis di kisaran Rp 13.365 per dolar AS, pada perdagangan Selasa (17/1). Rupiah kemudian perlahan bergerak menguat hingga Rp 13.357 per dolar AS.

Pada perdagangan Senin kemarin, rupiah ditutup melemah di kisaran Rp 13.362 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, rentang gerak rupiah berada di kisaran Rp 13.340-13.382 per dolar AS.

Analis Riset Samuel Sekuritas, Rangga Cipta mengatakan, rupiah melemah kemarin meskipun surplus dagang Desember 2016 diumumkan naik akibat kekhawatiran dampak buruk pidato pelantikan Trump. Kurs lain di negara berkembang juga melemah terhadap dolar AS diiringi pelemahan harga saham. Rupiah masih didukung penguatan pasar SUN yang terus turun imbal hasilnya.

"Hari ini rupiah berpeluang tetap melemah walaupun diperkirakan hanya temporer," ujar Rangga, Selasa (17/1).

Rangga menilai, surplus neraca perdagangan yang relatif tinggi diperkirakan akan terus terjadi melihat pertumbuhan positif ekspor yang menjauh melebihi pertumbuhan impor. Hal ini dinilai akan menjadi sentimen positif penguatan nilai tukar rupiah ke depannya.

Real effective exchange rate (REER) rupiah yang menguat dalam setahun terakhir (5 persen yoy), kata Rangga, memunculkan kekhawatiran akan memukul balik ekspor. Secara historis penguatan REER rupiah sejalan dengan penguatan harga komoditas serta peningkatan proporsi ekspor komoditas Indonesia, sehingga proporsi ekspor non-komoditas otomatis turun.

"Tetapi ada korelasi positif yang kuat antara pertumbuhan ekspor komoditas dan non-komoditas, menandakan efek bersih penguatan REER rupiah akan positif terhadap ekspor, jika penyebabnya didominasi oleh penguatan harga komoditas," ujarnya.

Dari sisi global, IMF masih yakin pertumbuhan global 2017 akan membaik ke 3,4 persen YoY dari perkiraan 3,1 persen yoy. Di balik angka itu, IMF yakin perekonomian negara maju, terutama AS, akan membaik. Prospek pertumbuhan Cina juga direvisi naik menjadi 6,5 persen yoy di 2017. Di tengah tutupnya pasar AS akibat Martin Luther King Jr. Day, harga minyak menguat sementara kurs global masih lemah terhadap dolar AS.

Sementara itu, Analis Senior Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada mengatakan, meski terdapat sentimen positif tetapi rupiah lebih memilih melemah. Penilaian belum cukup kuatnya sentimen yang ada untuk membalikan tren pelemahan rupiah membuatnya masih berada dalam fase pelemahan. Pelaku pasar pun kembali mengantisipasi akan terjadinya pelemahan lanjutan.

"Adanya rilis kenaikan surplus neraca perdagangan sebesar 990 juta dolar AS dan kembali dinaikannya peringkat ekuitas Indonesia oleh JP Morgan tampaknya tidak banyak berpengaruh pada pergerakan rupiah," ujar Reza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement