REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku tetap mewaspadai gejolak politik dan ekonomi pascapelantikan Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada 20 Januari mendatang. Pernyatan Sri ini menyusul rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan surplus perdagangan sepanjang 206 lalu tercatat tumbuh positif dibanding 2015. Meski begitu, secara kumulatif kinerja ekspor dan impor Indonesia melorot dibanding tahun sebelumnya.
Sri menilai, kondisi ekonomi domestik ke depan mau tak mau akan ikut terimbas dinamika ekonomi global ke depan. Apalagi, kebijakan ekonomi Trump yang akan membawa AS di bawah proteksionisme diyakini akan mendorong negara-negara dengan ekonomi kuat lainnya untuk bereaksi, termasuk Cina, Jepang, dan negara-negara Eropa.
Menurut Sri, pemerintah Indonesia masih perlu melihat apakah kebijakan ekonomi di bawah kepemimpinan Trump bisa menggenjot permintaan atas barang-barang impor, termasuk dari Indonesia, atau justru menekan produksi dari negara-negara mitra dagang AS sebelumnya. Di sisi domestik, Sri menegaskan bahwa prioritas Indonesia adalah menjaga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 agar tetap berjalan baik tanpa ada goncangan eksternal yang berarti.
"Kita siapkan kemungkinan yang bakal terjadi. Termasuk yang pengaruhi ekspor kita apakah dalam bentuk pertumbuhan ekonomi yang menciptakan barang-barang yang diekspor," ujar Sri ditemui di Kantor Pusat Ditjen Pajak Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (16/1).
Sebelumnya BPS merilis kinerja perdagangan Indonesia sepanjang 2016 yang mencatat surplus 8,78 miliar dolar AS. Angka ini lebih tinggi dibanding raihan 2015 di mana surplusnya tercatat 7,67 miliar dolar AS. Meski surplusnya mengalami lonjakan dibanding tahun 2015, tetapi kinerja ekspor maupun impornya masih melambat.
Secara kumulatif, ekspor sepanjang Januari hingga Desember 2016 sebesar 144,43 miliar dolar AS atau turun 3,95 persen dibandingkan capaian 2015. Sementara impor 2016 turun 4,94 persen dibandingkan 2015 menjadi 135,65 miliar dolar AS. Sementara itu, nilai ekspor Desember 2016 sebesar 13,77 miliar dolar AS dan nilai impor sebesar 12,78 miliar dolar AS. BPS mensinyalir penurunan kinerja ekspor dan impor ini dipengaruhi oleh anjloknya harga komoditas, terutama pertambangan dan perkebunan.
Baca juga: Neraca Perdagangan 2016 Catat Surplus 8,78 Miliar Dolar AS