Sabtu 07 Jan 2017 07:00 WIB

Tenun Lurik yang Tetap Dilirik

Rep: my19/ Red: Nidia Zuraya
Perajin kain tenun lurik.
Foto: Dok Republika
Perajin kain tenun lurik.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Salah satu warisan budaya yang terkenal dari DI Yogyakarta adalah kain lurik. Dulu,  lurik digunakan sebagai pakaian adat atau sorjan di kalangan keraton. Motifnya yang khas dengan garis-garis vertikal melambangkan kekhasan dan ksederhanaan bagi para pemakainya. 

Hingga kini, eksistensi kain lurik tetap dipertahankan. Salah satunya yakni oleh sebuah home industry yang berlokasi pribadi di daerah Krapyak Wetan RT 11/56 228 Krapyak, Sewon, Bantul, yang terkenal dengan nama Tenun Lurik Kurnia. Pendirinya adalah Dibyo Sumarto.

Ia dengan teguh memperjuangkan tenun lurik. Awalnya, Dibyo menjadi pengrajin di usaha tenun milik orang lain. Dari mengikuti usaha orang tersebut, pada 1962 ia lantas memutuskan untuk membuka rumah produksi pribadi di daerah Krapyak Wetan. 

Kini, Tenun Lurik Kurnia menjadi salah satu home industry tenun lurik yang masih tetap bertahan di Yogyakarta. Pada 2008, Dibyo Sumarto berpulang dan meninggalkan hasil perjuangannya melestarikan tenun lurik. Tenun Lurik Kurnia berpindah tangan ke Jussy Rizal, salah satu cucu Dibyo Sumarto. 

Saat ditemui beberapa waktu lalu, Jussy Rizal mengaku tidak pernah berpikir akan meneruskan usaha milik kakeknya, setelah dirinya lulus dari bangku perkuliahan. Jussy Rizal pun belajar menenun bersama kakeknya dan dipercaya untuk meneruskan Tenun Lurik Kurnia. 

Ia berjanji akan terus meneruskan pesan dari kakeknya. Diungkapkan, usaha ini bukan tanpa kendala.  “Seiring waktu, motif lurik semakin hilang di masyarakat, terkadang hanya kusir andong yang memakainya” ujar Jussy. 

Menurutnya, proses pembuatan lurik dengan cara modern sudah banyak dilakukan oleh sejumlah pengrajin. Berdasarkan prinsip untuk mempertahankan tradisi budaya, lurik dengan alat dan cara tenun yang masih tradisional tetap dipertahankan oleh Tenun Lurik Kurnia. 

Dikatakan, tenun berarti menghasilkan motif sekaligus kain. Berbeda dengan cara modern yang hanya membuat motif dari kain yang sudah ada. Proses ini harus melalui lima tahap untuk menghasilkan tenun lurik yang berkualitas. 

Pertama kali yang harus dilakukan adalah pewarnaan dengan cara memberikan warna pada benang-benang yang telah dikumpulkan menjadi satu. Kemudian dibuat sesuai motif yang diinginkan. Kedua, pemintalan yaitu merapikan benang di bambu-bambu kecil untuk nantinya di susun menjadi motif. 

Selanjutnya dilakukan penghanian atau tahapan pembuatan motif yang biasanya dilakukan oleh laki-laki, dengan cara menyusun berbagai macam warna benang yang sudah siap di tenun untuk menghasilakn motif yang menarik. Terakhir yaitu proses tenun dengan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran. 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement