Sabtu 07 Jan 2017 01:09 WIB

OJK Terus Tingkatkan Akses Literasi Keuangan di Masyarakat

Rep: rizky jaramaya/ Red: Budi Raharjo
Ketua Dewan Komisaris OJK Muliaman D Hadad (kiri), Pemred Harian Republika Irfan Djunaidi berbincang saat melakukan silaturahim dikantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta, Jumat (6\1).
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Ketua Dewan Komisaris OJK Muliaman D Hadad (kiri), Pemred Harian Republika Irfan Djunaidi berbincang saat melakukan silaturahim dikantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta, Jumat (6\1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad mengatakan, pertumbuhan industri keuangan pada 2016 masih cukup baik. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan kredit yang sesuai dengan ekspektasi yakni mencapai 9 persen per November 2016.

"Di tengah situasi yang sulit ini kredit tumbuhnya tinggi, sejak hari pertama saya bilang angkanya segitu tapi banyak orang pesimistis dan alhamdulillah prediksi kita tepat," ujar Muliaman kepada Republika, Jumat (6/1).

Meski pertumbuhan kredit tinggi, menurut Muliaman, masih banyak pekerjaan rumah yang belum selesai. Dalam rapat paripurna kabinet beberapa waktu lalu, Presiden mengangkat isu mengenai ketimpangan ekonomi dan ada beberapa hal yang menjadi sorotan bagi OJK yaitu bagaimana membuka akses kredit bagi UMKM, akses asuransi dan proteksi kepada konsumen, serta edukasi dan litrasi dalam konteks inklusi keuangan.

Sementara itu, pada 2016 pasar modal Indonesia juga sudah semakin kuat dan ditandai dengan banyaknya masyarakat yang melirik pasar modal sebagai alternatif investasi terutama bagi masyarakat kelas menengah yang kini pertumbuhannya makin tinggi.

Menurut Muliaman, masyarakat kelas menengah mulai memanfaatkan instrumen pasar modal seperti reksa dana dan saham untuk melakukan investasi ketimbang deposito dan membeli tanah. "Investor pasar modal tumbuh dua kali lipat dari 400 ribuan menjadi 800 ribuan," kata Muliaman.

Muliaman mengatakan, dengan semangat yang paralel dengan pemerintah, OJK melihat 2017 akan menjadi tahun yang menarik. Untuk meningkatkan akses kredit kepada masyarakat, OJK mengusulkan agar pemanfaatan kredit usaha rakyat (KUR) tidak hanya masuk di sektor perdagangan saja namun diperluas ke sektor-sektor produktif seperti pertanian dan perkebunan.

"Ini sedang kita kaji, karena kalau masuk ke sektor perdagangan uangnya langsung muter sedangkan di sektor perkebunan dan pertanian panennya saja butuh lima tahun, jadi perlu income masa transisi buat para petani," ujar Muliaman.

Kajian mengenai evaluasi KUR ini masih akan dibahas lebih lanjut di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bersama dengan kementerian lain yang terkait. Muliaman optimistis hal ini dapat dilakukan karena kondisi perbankan saat ini cukup baik. Selain itu, likuiditas juga masih memadai, terutama karena didorong masuknya dana repratiasi dari program tax amnesty atau pengampunan pajak.

Pada 2017 ini, OJK masih tetap fokus pada edukasi dan literasi keuangan kepada masyarakat. Dalam hal ini, OJK ingin membawa kedekatan akses keuangan kepada masyarakat sehingga tidak kalah dengan akses pendidikan maupun akses layanan kesehatan.

Pendekatan akses keuangan kepada masyarakat juga menjadi bagian OJK dalam melakukan pemberdayaan dari sisi ekonomi. Muliaman menambahkan, hal ini sesuai dengan prioritas pemerintah yang fokus pada inklusi keuangan, pendalaman pasar untuk kebutuhan pembiayaan jangka panjang, dan juga memprioritaskan perbaikan KUR.

Menurut Muliaman, pada 2017 ini masih akan kental diwarnai oleh recovery perekonomian global. Oleh karena itu, pemerintah fokus untuk meningkatkan fundamental perekonomian Indonesia. Apabila fundamental perekonomian Indonesia sudah kuat, maka tidak akan mudah goyah oleh gonjang ganjing yang ada terjadi di global.

"Dalam hal ini OJK berkomitmen untuk mempermudah perizinan, melakukan penyederhanaan, dan lebih aktif melakukan sosialisasi," kata Muliaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement