Kamis 05 Jan 2017 13:55 WIB

Proyek Smelter Freeport Bisa Perkuat Kedaulatan Pangan

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Smelter (Ilustrasi)
Smelter (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Petrokimia Gresik (PG) sebagai salah satu anak usaha PT Pupuk Indonesia (Persero) mendukung sepenuhnya program pemerintah dalam mewujudkan kedaulatan pangan nasional, khususnya melalui penyediaan pupuk bersubsidi.

Direktur Utama PG Nugroho Christijanto berkomitmen mendukung rencana pembangunan pabrik pengolahan mineral atau smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di kawasan industri PG. Karena hasil samping smelter, yaitu asam sulfat, dapat dimanfaatkan oleh PG sebagai bahan baku pupuk NPK.

“Oleh karena itu, kami siap menyerap asam sulfat hasil samping smelter PTFI. Dengan demikian, secara tidak langsung PTFI turut berperan dalam memperkuat kedaulatan pangannasional,” ujar Nugroho, Kamis (5/1).

Sebaliknya, lanjut Nugroho, asam sulfat jika tidak diolah lebih lanjut dapat berpotensi menjadi limbah. Penangannnya cukup sulit dan bisa berdampak terhadap lingkungan. Namun hal ini tidak akan menjadi masalah jika proyek smelter dibangun di kawasan industri PG.

Nugroho berpendapat bahwa rencana proyek smelter PTFI, dengan kapasitas hasil samping asam sulfat sebesar 2 juta ton per tahun, di kawasan industri PG berpotensi untuk dapat dioptimalisasikan dan diintegrasikan dengan pabrik smelter yang sudah ada milik PT Smelting.

Berdasarkan Perjanjian Sewa Tanah antara PG dan PTFI pada Juni 2015, PG bertanggungjawab atas penyediaan lahan seluas 80 hektaer untuk proyek smelter PTFI. Saat ini, lahan tersebut telah tersedia, baik dari aspek teknis maupun legalitas.

Selain lahan, PG juga memiliki insfrastruktur pendukung, seperti pelabuhan untuk membongkar peralatan berat, ketersediaan pasokan air industri melalui proyek peningkatan kapasitas air, dan berbagai sarana pendukung lainnya yang sudah tersedia.

Keberadaan proyek smelter PTFI juga dipastikan dapat memberikan multiplier effect seperti serapan tenaga kerja, baik ahli ataupun kasar, meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), dan berbagai manfaat positif lainnya. Dampak ini pun tidak hanya dapat dirasakan oleh masyarakat Gresik, tetapi juga masyarakat Jawa Timur pada umumnya.

“Ketersediaan lahan, legalitas, lengkapnya infrastruktur, kepastian serapan hasil samping,serta besarnya multiplier effect, adalah poin penting untuk mempercepat proses pembangunan smelter yang diperlukan oleh PTFI,” ujar Nugroho.

Saat ini PG memiliki kapasitas total produksi mencapai 7,73 juta ton per tahun yang terdiri dari produksi pupuk sebesar 4,44 juta ton per tahun dan non-pupuk (amoniak, asam sulfat, asam fosfat, gypsum, dan sebagainya) sebesar 3,29 juta ton per tahun.

Sejumlah rencana pengembangan membuat kapasitas produksi PG meningkat 15,9 persen menjadi 8,96 juta ton per tahun pada 2017.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, salah satu bahan baku yang dibutuhkan adalah asam sulfat.

Selama ini PG telah memanfaatkan asam sulfat hasil samping smelter PT Smelting sebesar 980 ribu ton per tahun. Selain itu, pasokan asam sulfat PG juga berasal dari produksi sendiri sebesar 1,17 juta ton per tahun dan impor sejumlah 82 ribu ton per tahun.

Kedepan, PG berencana untuk membangun pabrik NPK Phonska V kapasitas 600 ribu ton per tahun. Rencana penambahan pabrik baru ini menjadikan kebutuhan asam sulfat PG meningkat cukup signifikan dalam beberapa tahun yang akan datang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement