Kamis 29 Dec 2016 15:55 WIB

Kementan: Stabilisasi Harga Daging Sapi Butuh Minimal 2 Tahun

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nur Aini
 Pedagang memotong daging sapi di Pasar Grogol, Jakarta Barat, Selasa (27/12).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pedagang memotong daging sapi di Pasar Grogol, Jakarta Barat, Selasa (27/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menilai perlu waktu paling singkat dua tahun untuk menstabilkan harga daging di pasaran. Hal ini karena pemerintah tengah meningkatkan populasi sapi. Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Benny Rachman mengatakan, populasi sapi di Indonesia memang masih sedikit. Hal ini yang membuat pemerintah kerap mendatangkan sapi bakalan untuk dibesarkan dan kemudian dipotong guna mencukupi permintaan masyarakat.

Namun, saat ini pemerintah melalui Kementreian Pertanian (Kementan) dan Kementerian perdagangan (Kemendag) berupaya keras untuk meningkatkan populasi dan menjaga kebutuhan daging. Program Inseminasi Buatan (IB) dan Intensifikasi Kawin Alam (Inka) yang diglang Kementan, serta regulasi impor baru 1:5 bagi indukan dan bakalan bisa memperbaiki kondisi populasi sapi beberapa tahun ke depan.

"Kalau ingin menstabilkan harga daging tidak bisa dalam waktu singkat, perlu waktu. Waktu pun kita sesingkat-singkatnya ya dua tahun," kata Benny di Jakarta, Kamis (29/12).

Benny menyebutkan, program IB yang telah digagas mulai terlihat salah satunya di provinsi Jawa Timur. Bahkan keberhasilan program ini diklaim mencapai 80 persen. Dalam program IB ini, tingkat kehamilan dan kelahiran sehat sapi pedet (anak sapi) juga bagus.

Selama ini Kementan memiliki data dari program IB setiap harinya. Mulai dari praktik inseminasi, keberhasilan kehamilan, hingga pada saat kelahiran sapi yang diikutkan dalam program ini terus dipantau. Dengan tingkat keberhasilan yang tinggi, maka keinginan swasembada sapi sebelum 2019 ditarget bisa terpenuhi.

"Ini tinggal bagaimana kita konsisten dalam menjalankan program, dalam kurun waktu tidak lama pasti kita akan bisa memenuhi permintaan daging sapi dengan produksi lokal," ujarnya.

Dari data Badan Ketahanan Pangan, kebutuhan daging sapi selama 2016 diperkirakan mencapai 6,6 juta ton, sedangkan ketersedian hanya mampu mencapai 4,4 juta ton. Maka ada minus kebutuhan daging sapi mencapai 2,2 juta ton. Kekurangan ini yang coba dibentengi pemerintah dengan guyuran daging sapi dan kerbau beku.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement