REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah tidak akan berencana menambah penerbitan Surat Utang Negara (SUN) berdenominasi dolar AS di akhir tahun ini. Penerbitan SUN sendiri dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan di awal tahun 2017 mendatang.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting menjelaskan, penerbitan obligasi internasional untuk prefunding sebesar 3,5 miliar dolar AS sudah mencukupi.
Loto juga mengatakan, penerbitan SUN berdominasi dolar AS ini tidak begitu terpengaruh oleh dinamika politik di AS setelah terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS. Transaksi penjualan surat utang tersebut tercatat mengalami kelebihan permintaan sebesar 3,4 kali dari target. "Sampai saat ini kami mencatat, prefunding dari penerbitan SUN sudah mencukupi," kata Loto, Rabu (21/12).
Tiga seri SUN yang dilelang yaitu seri RI0122, RI0127 dan RI0147, dengan total nilai penerbitan sebesar 3,5 miliar dolar AS. Transaksi ini sendiri merupakan bagian dari Program Global Medium Term Notes (GMTN) Republik Indonesia senilai 50 miliar dolar AS.
Rinciannya, SUN seri RI0122 memiliki tingkat kupon sebesar 3,7 persen (per annum) dan yield sebesar 3,75 persen. Dengan tenor selama lima tahun, seri ini akan jatuh tempo pada 8 Januari 2022. Jumlah nominal yang diterbitkan untuk seri RI0122 adalah 750 juta dolar AS.
Sementara itu, SUN seri RI0127 memiliki tingkat kupon sebesar 4,35 persen (per annum) dan yield sebesar 4,4 persen. Dengan tenor selama sepuluh tahun, seri ini akan jatuh tempo pada 8 Januari 2027. Jumlah nominal yang diterbitkan untuk seri RI0127 adalah 1,25 miliar dolar AS.
Terakhir, SUN seri RI0147 memiliki tingkat kupon sebesar 5,25 persen (per annum) dan yield sebesar 5,3 persen. Dengan tenor selama 30 tahun, seri ini akan jatuh tempo pada 8 Januari 2047. Jumlah nominal yang diterbitkan untuk seri RI0147 adalah 1,5 miliar dolar AS.
Tercatat, total penawaran yang masuk (total order book) atas ketiga seri SUN tersebut mencapai 12 miliar dolar AS, angka terbesar yang pernah diperoleh Pemerintah dalam transaksi prefunding. “Hal ini menunjukkan masih tingginya tingkat kepercayaan dan sentimen positif investor terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan tingkat inflasi yang terkendali,” kata Loto.
Peneliti dari Institute for Developments of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati menilai kredibilitas fiskal di tahun depan memang harus dijaga. Meski rasio utang masih tergolong aman, namun bila tidak dikawal dengan baik maka defisit keseimbangan primer akan terus meningkat. "Karena ke depan terus menerus menambah utang ngga bisa. Meski rasio masih aman," ujar Enny.