REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menerangkan upaya pemerintah meningkatkan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT). Sepanjang 2016, peningkatan kapasitas EBT mencapai 15 persen dari keseluruhan kapasitas terpasang, atau sebesar 8,7 GW dari total 58 GW.
Ia melanjutkan, dalam 10 tahun kedepan, berdasarkan rencana umum energi nasional, Indonesia berencana diproyeksikan membutuhkan kapasitas terpasang hingga 135 GW dengan 45 GW (33 persen) dari pembangkit EBT. Penambahan kapasitas Pembangkit Listrik (PLT) EBT didapat pula dari beberapa jenis PLT, salah satunya PLT Panas Bumi (PLTP). Kapasitas terpasang PLTP hingga Desember 2016 adalah sebesar 1.643,5 MW, sementara pada tahun 2017 ditargetkan menjadi sebesar 1.858,5 MW. Pemerintah terus menarik minat swasta untuk berinvestasi di subsektor EBTKE.
Di samping PLTP, juga dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dengan kapasitas total 282,55 MW di tahun 2016. Ditargetkan pada tahun 2017 total keduanya meningkat menjadi 291,71 MW.
Pemerintah Cari Harga Energi yang Efisien Melalui Pemanfaatan EBT
Kapasitas terpasang PLT Bioenergi pada tahun 2015 adalah sebesar 1.767,1 MW dan meningkat sebesar 20,8 MW pada tahun 2016 dengan kapasitas total terpasang sebesar 1.787,9 MW.
"Kementerian ESDM menargetkan kapasitas total terpasang PLT Bioenergi pada tahun 2017 mencapai 2.093 MW atau bertambah 305,1 MW," ujar Jonan di hotel Royal Kuningan, Jakarta, Rabu (21/12).
Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) pada 2016 mencapai 3,3 juta KL, meningkat 152 persen dari tahun 2015 yang sebesar 0,91 juta kilo liter (kL). Sedangkan pada 2017 pemanfaatan BBN ditargetkan sebesar 4,6 juta kL.
Kondisi energi nasional saat ini, 94 persen berasal dari fosil yang semakin berkurang keberadaannya dan juga terbukti sebagai faktor penting terjadinya perubahan iklim. Kepedulian terhadap kebutuhan energi dan lingkungan itu pulalah yang mendorong pemerintah melakukan kebijakan Konservasi Energi dalam bentuk peningkatan efisiensi penggunaan energi baik di sisi penyediaan maupun di sisi kebutuhan, sektor industri, transportasi, rumah tangga dan komersial.
Oleh karena itu, investasi EBT akan terus menjadi prioritas, salah satunya dengan meningkatkan target investasi di 2017 menjadi 1,56 miliar dolar AS. Dengan meningkatnya investasi, pemanfaatan EBT juga akan bertambah, yang berdampak baik dalam peningkatan kualitas udara bersih. Hal ini sejalan dengan komitmen Pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.
Berdasarkan arahan dari Presiden Joko Widodo pada saat mengikuti Conference of Parties (COP) ke-21 tahun 2015 di Paris dan hasil COP ke-22 di Maroko, Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen (BAU) pada tahun 2030 dengan upaya sendiri dan dapat ditingkatkan menjadi 41 persen dengan bantuan internasional. Hingga akhir 2016, penurunan emisi CO2 telah berhasil dilakukan sebesar 39,3 juta ton. Target 2017, emisi CO2 akan diturunkan sebesar 45,1 juta ton.