REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah telah memastikan tidak bisa mengendalikan harga cabai. Komoditas yang memiliki cita rasa pedas ini produksinya sangat minim di tengah guyuran hujan yang tak kunjung berhenti.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, cabai memang sangat tergantung dengan kondisi iklim. Ketika curah hujan tinggi, produksi cabai tidak bisa maksimal, dan malah banyak produksi cabai yang terserang penyakit.
"Di pedagang juga mereka nggak bisa cari cabai ke petani. Kalau hujan petani nggak bisa suplai karena produksi sangat sedikit. Kalau dipetik juga cabainya cepat busuk," kata Enggar, di Jakarta, Selasa (20/12).
Enggar menjelaskan, adanya perbedaan harga cabai yang cukup tinggi juga dikarenakan jarak pendistribusian cabai yang berbeda-beda. Jika di sekitar Jabodetabek, harga akan tinggi karena cabai banyak dipasok dari Jawa Barat atau daerah sekitar. Hal ini menjadikan cabai bisa cepat busuk karena jarak cukup jauh.
Namun, jika pendistribusian cabai lebih cepat, maka distributor pun berani menyuplai cabai dengan harga jauh lebih rendah. " Ada di Manado harganya paling mahal Rp 35 ribu per kg, ini dipasok dari Gorontalo yang jaraknya dekat. Kalau di Jakarta bisa Rp 65 ribu per kg," ujarnya.
Dengan kondisi ini, Pemerintah enggan berspekulasi mampu menurunkan harga cabai. Sebab faktor yang membuat harga komoditas ini melambung sangat sulit diredam, yakni cuaca.