Rabu 21 Dec 2016 08:08 WIB

Utang Luar Negeri Diperkirakan Naik Tahun Depan

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Utang/ilustrasi
Foto: johndillon.ie
Utang/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Utang luar negeri baik pemerintah maupun swasta tahun depan diperkirakan melonjak. Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Oktober 2016 tumbuh 6,7 persen (yoy) atau sebesar 323,2 miliar dolar AS. Nilai tersebut lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan September 2016 yang sebesar 7,8 persen (yoy) atau sebesar 325,3 miliar dolar AS.

Kendati begitu, Ekonom Samuel Asset Management, Lana Soelistianingsih menilai ULN pemerintah diperkirakan masih akan naik di tahun depan. "Ini sejalan dengan rencana pemerintah yang masih akan menerbitkan surat berharga negara (SBN) berdenominasi valas," ujar Lana pada Republika.co.id, Selasa (20/12).

Sementara ULN swasta juga diperkirakan akan tumbuh positif setelah mencatat negatif sejak tahun lalu. Namun pertumbuhan ULN swasta ke depan diperkirakan masih tipis. Alasannya, sektor swasta penarik ULN terbesar saat ini masih belum melakukan ekspansi. Adapun sektor-sektor tersebut yakni sektor tambang, sektor pelayaran dan sektor perikanan.

Menurut Lana, meski saat ini sektor tambang tengah bangkit karena ada kenaikan harga komoditas, tetapi volume ekspor masih stagnan sejalan dengan masih stagnannya permintaan global. "Karena itu mereka belum akan menambah utang luar negeri untuk ekspansi. Bahkan di tahun depan mereka cenderung membayar karena punya pendapatan lebih dari kenaikan harga itu," tutur Lana.

Lana memprediksi sektor manufaktur akan menjadi penggerak industri di tahun depan seiring dengan ekonomi domestik yang semakin membaik. Sehingga pengusaha di sektor tersebut akan mempertimbangkan untuk ekspansi dan berpotensi menambah utang luar negeri. Kendati begitu, peningkatan ULN sektor manufaktur tidak secara signifikan mendorong ULN swasta secara keseluruhan. "Kalau pun naik hanya tipis," ujarnya.

Berdasarkan data BI, ULN sektor publik tumbuh melambat menjadi 17,0 persen (yoy) dari 20,8 persen (yoy) pada September 2016 dan ULN sektor swasta masih mengalami penurunan 1,7 persen (yoy) setelah pada September 2016 turun sebesar 2,7 persen (yoy). Posisi ULN sektor publik dan swasta masing-masing tercatat sebesar 159,8 miliar dolar AS dengan komposisi 49,4 persen dari total ULN dan 163,5 miliar dolar AS atau sebanyak 50,6 persen dari total ULN.

ULN swasta pada akhir Oktober 2016 terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,7 persen. Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, ULN sektor keuangan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih pada Oktober 2016 mencatat pertumbuhan tahunan yang negatif, sementara ULN sektor industri pengolahan tumbuh meningkat.

Sementara itu Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo menilai secara total jumlah ULN masih dalam jumlah yang sehat. "Tapi memang kita antisipasi adanya peningkatan bunga Fed Fund Rate sehingga perlu dilakukan kajian untuk daya membayar Indonesia tetap kuat," tutur Agus, Senin (19/12).

Sementara ULN dari sektor swasta, Agus menilai peningkatan ULN ini masih dalam bentuk terkendali. Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan ULN, khususnya ULN sektor swasta. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement